Kabanjahe, Sumut, 2/2 (Antara) - Tim SAR (Search and Rescue) yang diterjunkan mencari korban awan panas di Desa Sukameriah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Minggu siang, terpaksa dihentikan sementara, karena gangguan awan panas.
Usai pencarian korban tersebut, salah seorang relawan, Fahmi (34) di Kabanjahe, menjelaskan situasi medan tempat terjadinya bencana tersebut, sangat berbahaya dan mencekam, dan masih terjadi awan panas akibat erupsi Gunung Sinabung yang terjadi dua kali.
Para Tim SAR yang terdiri dari Satgas BNPB, TNI- AD, Polri, Tagana dan sejumlah relawan, menurut dia, sempat lari berhamburan ketika terjadinya awan panas secara tiba-tiba.
"Semburan awan panas itu diiringi suara gemuruh, dan angin kencang yang berasal dari puncak Gunung Sinabung di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, atau sekitar 3 Km dari kawah gunung berapi tersebut," ucap Fahmi.
Dia mengatakan, saat pencarian para korban tersebut, Tim SAR hanya diberikan waktu selama 10 hingga 20 menit di lokasi kejadian, karena intensitas Gunung Sinabung masih keadaan tinggi dan mengeluarkan awan panas.
Pencarian warga korban awas panas di Desa Sukameriah atau sekitar 15 Km dari Kota Kabanjahe, kata Fahmi, hanya dilakukan dua kali, dan setelah itu langsung dihentikan, karena cuaca tidak mendukung, serta kabut tebal.
Bahkan, ujarnya, pihak petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hanya memberikan waktu sangat singkat untuk para korban awan panas yang terjadi, Sabtu (1/2) sekitar pukul 11.00 WIB, dan diduga masih ada yang belum ditemukan.
"Penghentian pencarian korban hari ini (Minggu, 2/2) pukul 13.00 WIB, juga berdasarkan saran dari PVMBG yang berada di Kabupaten Karo," kata Relawan.
15 korban tewas
Tercatat 15 korban tewas akibat semburan awan panas Gunung Sinabung di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, yakni Surya Sembiring (24) asal Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Alexander Sembiring (17) pelajar SMA I Merdeka, Kabanjahe, dan Daud Surbakti (16) pelajar STM Berastagi.
Dipa Nusantara (17) pelajar STM Berastagi, David (17) pelajar STM Berastagi, Mahal Surbakti (25) guru honor SD di Desa Gurukinayan, Teken Sembiring (49) pengungsi Desa Guru Kinayan, dan Santun Siregar (22) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Aceh.
Kemudian, Fitriani Boru Napitupulu (19) mahasiswi GMKI asal Kuta Tengah Lawe Agara, Aceh, Asran Lubis (21) mahasiswa GMKI asal Desa Pardamean, Kutacane, Agara, Aceh, dan Marudut Brisnu Sihite (25) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Agara, Aceh.
Rizal Syahputra (25) wartawan salah satu media di Medan, Daniel Siregar (22) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Aceh, Zulpiandi Mori (21) mahasiswa GMKI asal Desa Lau Bakung, Kuta Cane Agara, Aceh, dan Thomas Sembiring (27) photo grafer asal Jaberneh, Medan.
Sedangkan, korban luka bakar, dan saat ini masih dirawat intensif di RSU Efarina Etaham, Kabanjahe, tinggal tiga orang lagi, yakni Sahat Sembiring (40) asal Desa Guru Kinayan, Erwin Milala (40) asal Desa Sukameriah dan Doni Sembiring (65) asal Desa Sukameriah. ***3***
Ridwan Ch
(T.M034/B/R. Chaidir/R. Chaidir)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Usai pencarian korban tersebut, salah seorang relawan, Fahmi (34) di Kabanjahe, menjelaskan situasi medan tempat terjadinya bencana tersebut, sangat berbahaya dan mencekam, dan masih terjadi awan panas akibat erupsi Gunung Sinabung yang terjadi dua kali.
Para Tim SAR yang terdiri dari Satgas BNPB, TNI- AD, Polri, Tagana dan sejumlah relawan, menurut dia, sempat lari berhamburan ketika terjadinya awan panas secara tiba-tiba.
"Semburan awan panas itu diiringi suara gemuruh, dan angin kencang yang berasal dari puncak Gunung Sinabung di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, atau sekitar 3 Km dari kawah gunung berapi tersebut," ucap Fahmi.
Dia mengatakan, saat pencarian para korban tersebut, Tim SAR hanya diberikan waktu selama 10 hingga 20 menit di lokasi kejadian, karena intensitas Gunung Sinabung masih keadaan tinggi dan mengeluarkan awan panas.
Pencarian warga korban awas panas di Desa Sukameriah atau sekitar 15 Km dari Kota Kabanjahe, kata Fahmi, hanya dilakukan dua kali, dan setelah itu langsung dihentikan, karena cuaca tidak mendukung, serta kabut tebal.
Bahkan, ujarnya, pihak petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hanya memberikan waktu sangat singkat untuk para korban awan panas yang terjadi, Sabtu (1/2) sekitar pukul 11.00 WIB, dan diduga masih ada yang belum ditemukan.
"Penghentian pencarian korban hari ini (Minggu, 2/2) pukul 13.00 WIB, juga berdasarkan saran dari PVMBG yang berada di Kabupaten Karo," kata Relawan.
15 korban tewas
Tercatat 15 korban tewas akibat semburan awan panas Gunung Sinabung di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, yakni Surya Sembiring (24) asal Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Alexander Sembiring (17) pelajar SMA I Merdeka, Kabanjahe, dan Daud Surbakti (16) pelajar STM Berastagi.
Dipa Nusantara (17) pelajar STM Berastagi, David (17) pelajar STM Berastagi, Mahal Surbakti (25) guru honor SD di Desa Gurukinayan, Teken Sembiring (49) pengungsi Desa Guru Kinayan, dan Santun Siregar (22) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Aceh.
Kemudian, Fitriani Boru Napitupulu (19) mahasiswi GMKI asal Kuta Tengah Lawe Agara, Aceh, Asran Lubis (21) mahasiswa GMKI asal Desa Pardamean, Kutacane, Agara, Aceh, dan Marudut Brisnu Sihite (25) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Agara, Aceh.
Rizal Syahputra (25) wartawan salah satu media di Medan, Daniel Siregar (22) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Aceh, Zulpiandi Mori (21) mahasiswa GMKI asal Desa Lau Bakung, Kuta Cane Agara, Aceh, dan Thomas Sembiring (27) photo grafer asal Jaberneh, Medan.
Sedangkan, korban luka bakar, dan saat ini masih dirawat intensif di RSU Efarina Etaham, Kabanjahe, tinggal tiga orang lagi, yakni Sahat Sembiring (40) asal Desa Guru Kinayan, Erwin Milala (40) asal Desa Sukameriah dan Doni Sembiring (65) asal Desa Sukameriah. ***3***
Ridwan Ch
(T.M034/B/R. Chaidir/R. Chaidir)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014