Tanjungbalai,18/10 (Antarasumut) - Dewan Kerjainan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Tanjungbalai membina 13 Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang tergabung dalam pokmas "Mutiara Kerang" mengolah kulit kerang sehingga menjadi berbagai kerajinan tangan yang menghasilkan uang.

"Dulu kulit kerang dibuang, setelah diolah, sekarang menjadi mata pencaharian yang menghasilkan uang bagi masyarakat khususnya kaum ibu," ungkap Ketua Dekranasda Tanjungbalai Hj.Armaini Jannah Thamrin Munthe, didampingi Kabag Humas Darul yana Siregar dan sejumlah pengrajin. Jum'at.

Dikatakan Armaini yang juga Ketua TP.PKK, julukan Tanjungbalai "kota kerang' menjadi inspirasi baginya dalam membina pokmas sebagai pengrajin kulit kerang, siput dan "buah' laut lainnya. Menurut dia, ide tersebut muncul sejak tahun 2008 ketika suaminya (Thamrin Munthe) masih menjadi Wakil Wali Kota.

"Setelah bapak dilantik menjadi Wali Kota pada tahun 2010 dan saya menjadi Ketua TP.PKK melakukan pembinan pokmas untuk menekuni kerjainan berbahan baku kulit kerang, siput atau sejenisnya guna mendongkrak perekonomian masyarakat," katanya.

"Selain memberikan pelatihan dan menampilkan hasil karya pengrajin pada setiap event, bentuk pembinaan yang dilakukan dengan cara menampung (membeli) dan memasarkan kemabli hasil karya mereka," katanya.

Ditambahkan, ternyata, kerajinan tangan seperti balai, tepak sirih, tempat tissu, kating atau tempat hantaran uang, asbak rokok, bunga, bingkai foto dan cermin, hisan dinding, serta souvenir berhasil menembus pasar Nasional bahkan Mancanegara," sebut Armaini Jannah.

Paet Marwan salah seorang pengrajin menjelaskan, bahan baku kerajinan tangan itu mereka peroleh dari pengumpul. "Dalam keadaan kotor kulit kerang dibeli seharga Rp.5000/kg, sedangkan siput Rp.7000/kg," katanya.

Dia menjelaskan, sebelum dirangkai menjadi souvenir, kulit kerang dan siput lebih dulu direndam kedalam air yang sudah dibubuhi kaporit, kemudian dikucek dan digosok agar putih. proses pemutihan belangsung selama dua hari. "Produksi kerajinan tangan itu juga tergantung arus listrik".

Untuk memasarkan hasil kerajinan tangan yang sudah jadi, dia dan teman-temannya yang tergabung dalam pokmas "Mutiara Kerang" menyerahkan kepada Dekranasada. "Kerajinan yang kami buat dibeli "Ibu Asuh" kami, yaitu ibu Ketua Dekranasda Tanjungbalai," ujarnya.

Pengrajin lainnnya Syaprita Wati alias Ubat mengaku bisa mengerjakan 30 buah tempat tissu dalam sehari, dan hasil yang diperoleh hingga jutaan rupiah setiap bulannya."Dalam sebulan 3000 tempat tissu bisa kami buat, untunya mencapai Rp.4 juta," katanya.

Untuk kelangsungan dan mengembangkan kerajinan tangan karya mereka, para pengrajin tersebut meminta kepada pemerintah yang ada di Pusat dan Provinsi turut memberikan perhatian. "Selama ini kami masih dibina Pemerintah Kota melalui Dekranasda Tanjungbalai, agar bisa berkembang lebih besar, kami mengharapkan perhatian Pusat dan Provinsi," kata mereka. (yan)

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013