Balikpapan, 21/7 (Antara) - Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Makmur Kota Balikpapan Kalimantan Timur, Agus Bagyo, mengatakan, pepaya mini dari Balikpapan sudah rutin masuk dalam daftar menu di Istana Negara, Jakarta.

"Kami diminta mengirim sekurangnya 40 kg setiap kali diperlukan," kata Agus Bagyo di Karang Joang, Balikpapan Utara, Balikpapan, Minggu.

Menurut Agus, memang tidak selalu ada pesanan dari Istana, tapi pihaknya diminta selalu siap sedia oleh Pemkot Balikpapan.

"Pernah kami dapat pesanan mendadak, untung pas masih ada yang sudah siap dikemas. Saya antar sendiri ke Bandara," tutur Agus, yang memimpin sekitar 1.500 petani anggota Gapoktan Makmur.

Pepaya mini Balikpapan adalah sebutan untuk buah pepaya berukuran hanya setangkup tangan orang dewasa. Meski demikian, rasanya bisa disebut luar biasa manis.

"Tingkat kemanisannya mencapai 18 brix," tambah Hidayat Nuhi, pendamping Tani Makmur dari Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan (DPKP) Pemkot Balikpapan.

Sebagai pembanding, pepaya biasa yang paling manis hanya sampai 12 brix pada brix refractor, mesin pengukur derajat kemanisan.

Bibit awal pepaya mini sendiri didapat para petani Balikpapan dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

Di Balikpapan, pepaya ini dikembangkan di Balikpapan Timur dan Balikpapan Utara, dua daerah yang memiliki lahan pertanian luas.

Di Balikpapan Selatan ada 40 hektare lahan yang ditanami pepaya mini dan di Balikpapan Utara 50 hektare.

Menurut Agus, dalam satu hektare mereka bisa mendapatkan panen hingga 100 ton per minggu.

"Atau kira-kira 2 ton per hari, dan biasanya langsung dikirim untuk memasok hotel, restoran, katering, juga supermarket. Tidak hanya Balikpapan, tapi juga ke Jakarta dan Surabaya," kata Agus.

Bila di supermarket, di mana harga jual per buah adalah per ons atau per 100 gram, maka harga pepaya mini mencapai Rp1.500 per ons. Berat satu pepaya rata-rata 500 gram hingga 1 kg.

"Di tingkat petani Rp5.500 per kg, sementara pepaya biasa Rp3.000 kg," sebut Agus lagi.

Mengapa pepaya ini bisa begitu manis? Bahkan, menurut Hidayat Nuhi, pepaya yang dikembangkan di Balikpapan sudah jadi lebih manis daripada bibit awalnya dari IPB dulu.

"Selain karena bibitnya, juga karena pemeliharaannya," kata Hidayat.

Hidayat menuturkan, untuk menanam pepaya mini Balikpapan ini, petani mengikuti jadwal pemeliharaan yang sangat ketat.

Pemupukan, yang terutama menggunakan pupuk kandang, tidak boleh terlambat, tapi juga tidak boleh terlalu cepat. "Semuanya harus tepat," ujar Hidayat.(KR-NVA)

Pewarta: Novi Abdi

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013