Jakarta, 18/7 (Antara) - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan para pelaku pasar tidak perlu panik dengan nilai tukar rupiah yang beberapa hari terakhir menembus angka Rp10.000 rupiah per dolar AS karena likuiditas dolar masih tersedia cukup banyak di pasar valas.

Direktur Utama Mandiri Budi Gunadi Sadikin menuturkan, kekhawatiran pelaku pasar akan kelangkaan dolar di pasar valas disebabkan adanya penahanan dolar oleh sejumlah pengusaha yang menunggu nilai tukar rupiah terus melemah sehingga bisa meraup keuntungan lebih.

"Kita kan sudah empat lima kali (rupiah di atas Rp10.000), nanti kalau uda normal lagi kembali ke Rp.9000 atau Rp8.000, jadi nothing very special. Cuma mungkin gara-gara pemberitaan, mereka jadi panik dan orang merasa tidak ada dolar, padahal dolarnya banyak banget," ujar Budi di sela-sela acara buka puasa bersama wartawan di Jakarta, Rabu malam.

Budi melanjutkan, memang dalam beberapa tahun terakhir nilai tukar rupiah tidak pernah menembus Rp10.000, namun perlu diingat ketika krisis pada 2008 ketika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, rupiah bahkan tembus ke angka Rp12.000.

"Waktu itu sering di atas Rp10.000, jadi kita tidak merasa aneh. Sekarang begitu di atas Rp10.000 kita merasa aneh, padahal sebetulnya biasa-biasa saja," tuturnya.

Budi mengatakan, dengan nilai tukar rupiah yang saat ini menembus Rp10.000, diharapkan para pelaku pasar yang menahan dolarnya mulai mau melepas dolar tersebut ke pasar.

"Bank Indonesia akan membuat rupiah naiknya pelan-pelan dan kami sebagai market maker atau pedagang besar diminta membantu agar transaksi jual beli dolar bisa lancar lagi agar market menjadi tenang," kata Budi.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di laman BI, sejak awal Juli rupiah terus melemah perlahan. Pada 1 Juli 2013 lalu rupiah menunjukkan angka Rp9.934 hingga pada 15 Juli 2013 rupiah menembus angka di atas Rp10.000. Kurs rupiah Kamis ini sendiri menunjukkan angka Rp10.059.(C005)

Pewarta: Citro Atmoko

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013