Jakarta, 13/7 (Antara) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyayangkan lambatnya pernyataan resmi dari jajaran pemerintah, baik daerah maupun pusat, terkait kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta, Medan.

"Saya tunggu respon, termasuk 'reaction time', itu kurang cepat, daerah, pusat, Medan, dan kita, 10 jam tanpa 'official statement', itu tidak bagus," kata Presiden Yudhoyono saat membuka rapat terbatas guna membahas penanganan kerusuhan tersebut dan harga daging sapi yang meroket, di Bandara Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu siang.

Setibanya dari melakukan kunjungan kerja di Nusa Tenggara Barat (NTB), Presiden langsung mengumpulkan sejumlah menteri terkait, antara lain Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, Kepala BIN Marciano Norman, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Menteri Pertanian Suswono, guna membahas kedua topik itu. Hadir juga Wakil Presiden Boediono.

Ia mengatakan, seharusnya pernyataan resmi tersebut tidak perlu menunggu lengkapnya informasi. "Tidak harus segala sesuatunya sudah dilakukan, keluarkan 'statement'. Ada kejadian, ya, pemerintah sedang mengatasi, di daerah begini, di pusat begini, investigasi sedang dilakukan, dan seterusnya.

Pada kesempatan itu Presiden mengapresiasi keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsuddin untuk berangkat ke Medan guna memeriksa langsung.

Namun, ia kembali menyayangkan ketiadaan pernyataan resmi yang tepat waktu segera.

Menurut dia, suatu pernyataan resmi diperlukan untuk mencegah kesan bahwa pemerintah melakukan pembiaran.

Di awal pidatonya, Presiden juga mengeluhkan lambatnya informasi yang diterimanya terkait kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta.

"Masalah Lapas Medan, saya justru lebih dahulu mengikuti dari tayangan media massa, sejumlah televisi internasional sudah menanyakan sudah meliputnya dibandingkan infomasi yang saya dapat dari sistem. Dan ini untuk yang sekian kalinya," katanya.

Ia menegaskan seharusnya informasi yang diterimanya harus sama cepat atau bahkan lebih cepat dari media massa. ia juga menyebutkan jika melakukan pemantauan atas situasi tersebut melalui reaksi di media sosial.

Sebelumnya, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menyatakan bahwa jumlah narapidana yang kabur saat kerusuhan di Lapas Klas I Tanjung Gusta, Medan sebanyak 212 orang.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan bahwa jumlah narapidana di lapas tersebut sebanyak 2.599 orang dan pada saat apel pascakerusuhan berjumlah 2.384 orang.

Ia menambahkan, narapidana yang tewas sebanyak tiga orang dan yang tertangkap sampai hari Jumat (12/7) pukul 21.00 WIB tercatat sebanyak 81 orang. Dua orang pegawai lapas juga disebutkan menjadi korban dalam kejadian itu.

Kejadian tahanan kabur dan kebakaran lapas kelas I Tanjung Gusta karena keributan di Lapas Tanjung Gusta. Keributan terjadi karena air dan listrik mati pada Kamis (11/7) mulai jam 05.00 WIB subuh, dan jam 17.30 WIB.***1***

Masduki Attamami (T.G003/B/M. Attamami/M. Attamami) 13-07-2013 13:15:02

Pewarta: GNC Aryani

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013