Jakarta, 18/6 (Antara) - Segenap pengurus dan anggota Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) yang tersebar di seluruh Indonesia sepakat mengorbitkan Jenderal TNI (Purn) H. Djoko Santoso, Panglima TNI 2007-2010 sebagai Calon Presiden (Capres) 2014.
"Kalau organisasi lain mendorong kadernya sebagai Capres, IPHI juga berhak mengorbitkan dan mempromosikan putra terbaiknya sebagai Capres," kata Ketua Umum IPHI, H. Kurdi Mustofa kepada Antara di Jakarta, Selasa malam.
Dalam struktur kepengurusan IPHI, Djoko Santoso berkedudukan sebagai Ketua Dewan Pembina, sedangkan Ketua Dewan Penasihat dijabat oleh mantan Wapres, Jenderal TNI (Purn) H. Try Sutrisno. IPHI sendiri kini beranggotakan 4,7 juta orang.
Selain di IPHI, Djoko Santoso juga aktif selaku Ketua Dewan Pembina Forum Sekretaris Desa Seluruh Indonesia (Forsekdesi) dan Ketua Dewan Penasehat Pandu Tani (Patani) yang berpengaruh terhadap puluhan juta warga pedesaan di seluruh Tanah Air.
Pada 20 Mei 2013 ia juga mendeklarasikan Gerakan Indonesia ASA (Adil, Sejahtera, Aman) yang mengemban misi mempercepat terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang adil, sejahtera, dan aman.
Menurut Ketua Umum IPHI, Djoko Santoso layak menjadi Capres karena mempunyai integritas serta memiliki prestasi dan "track record" yang bagus semasa ia menjadi prajurit hingga Panglima TNI.
Djoko Santoso pernah mendapat tugas dalam operasi Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan tugas itu dijalankannya dengan sangat baik.
Ia juga berhasil meredam konflik bernuansa SARA di Maluku dan Maluku Utara saat menjadi Pangdam XVI Pattimura serta berhasil memimpin misi kemanusiaan di Aceh pasca Tsunami.
Di kalangan aktivis hak asasi manusia, Djoko Santoso juga praktis tidak tercela. Ia diyakini tidak terkait dengan masalah-masalah pelanggaran hak asasi manusia serta tidak mempunyai kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan, dan yayasan TNI yang pernah banyak dipersoalkan. .
Kiprah alumni Akademi Militer (1975) ini sebelumnya tidak banyak terdengar publik karena penugasannya yang lebih banyak berhubungan dengan masalah intelijen yang memang dituntut untuk berkarakter pendiam dan jarang sekali diekspos.
Terkait kiprahnya di IPHI, Djoko Santoso pernah mengemukakan bahwa para haji itu ibarat "pasukan elit" bagi ummat Islam, sehingga mereka harus menjadi panutan bagi masyarakat luas.
"Kalau elitnya hebat, maka umat Islam akan maju, sejahtera, dan modern. Oleh sebab itu pengurus IPHI harus ikhlas dan meluangkan waktu menjadi pejuang untuk kemaslahatan umat," katanya saat menyampaikan sambutan pada perayaan Milad ke-23 IPHI di Jakarta 16 Juni lalu.(T.E004)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Kalau organisasi lain mendorong kadernya sebagai Capres, IPHI juga berhak mengorbitkan dan mempromosikan putra terbaiknya sebagai Capres," kata Ketua Umum IPHI, H. Kurdi Mustofa kepada Antara di Jakarta, Selasa malam.
Dalam struktur kepengurusan IPHI, Djoko Santoso berkedudukan sebagai Ketua Dewan Pembina, sedangkan Ketua Dewan Penasihat dijabat oleh mantan Wapres, Jenderal TNI (Purn) H. Try Sutrisno. IPHI sendiri kini beranggotakan 4,7 juta orang.
Selain di IPHI, Djoko Santoso juga aktif selaku Ketua Dewan Pembina Forum Sekretaris Desa Seluruh Indonesia (Forsekdesi) dan Ketua Dewan Penasehat Pandu Tani (Patani) yang berpengaruh terhadap puluhan juta warga pedesaan di seluruh Tanah Air.
Pada 20 Mei 2013 ia juga mendeklarasikan Gerakan Indonesia ASA (Adil, Sejahtera, Aman) yang mengemban misi mempercepat terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang adil, sejahtera, dan aman.
Menurut Ketua Umum IPHI, Djoko Santoso layak menjadi Capres karena mempunyai integritas serta memiliki prestasi dan "track record" yang bagus semasa ia menjadi prajurit hingga Panglima TNI.
Djoko Santoso pernah mendapat tugas dalam operasi Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan tugas itu dijalankannya dengan sangat baik.
Ia juga berhasil meredam konflik bernuansa SARA di Maluku dan Maluku Utara saat menjadi Pangdam XVI Pattimura serta berhasil memimpin misi kemanusiaan di Aceh pasca Tsunami.
Di kalangan aktivis hak asasi manusia, Djoko Santoso juga praktis tidak tercela. Ia diyakini tidak terkait dengan masalah-masalah pelanggaran hak asasi manusia serta tidak mempunyai kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan, dan yayasan TNI yang pernah banyak dipersoalkan. .
Kiprah alumni Akademi Militer (1975) ini sebelumnya tidak banyak terdengar publik karena penugasannya yang lebih banyak berhubungan dengan masalah intelijen yang memang dituntut untuk berkarakter pendiam dan jarang sekali diekspos.
Terkait kiprahnya di IPHI, Djoko Santoso pernah mengemukakan bahwa para haji itu ibarat "pasukan elit" bagi ummat Islam, sehingga mereka harus menjadi panutan bagi masyarakat luas.
"Kalau elitnya hebat, maka umat Islam akan maju, sejahtera, dan modern. Oleh sebab itu pengurus IPHI harus ikhlas dan meluangkan waktu menjadi pejuang untuk kemaslahatan umat," katanya saat menyampaikan sambutan pada perayaan Milad ke-23 IPHI di Jakarta 16 Juni lalu.(T.E004)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013