Jakarta, 6/6 (Antara) - Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo mengingatkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak perlu mengunjungi kapal Greenpeace, Rainbow Warrior III karena tidak memiliki kepentingan yang mendesak.

"Tidak ada urgensinya mengunjungi kapal Greenpeace karena banyak tugas negara yang lebih penting. Selain itu, kunjungan itu akan menjadi bumerang bagi Presiden karena semua tahu track record Greenpeace sangat buruk di dunia," kata Firman Subagyo, di Jakarta, Kamis.

Menurut Firman, kalaupun terpaksa, secara etika dan protokoler, seharusnya Greenpeace yang datang menemui Kepala Negara karena mereka adalah tamu.

"Presiden adalah gambaran dari kedaulatan dan martabat bangsa Indonesia. Jika Presiden datang ini sangat memalukan. Buruknya lagi, kesempatan itu akan dimanfaatkan Greenpeace sebagai dukungan atas kampanye pencitraan mereka di Indonesia," katanya.

LSM lingkungan hidup Greenpeace, lanjutanya, kerap dijadikan alat negara-negara kapitalis sebagai corong kepentingan asing untuk menekan negara-negara tertentu.

"Kehadiran Presiden, itu cukup menjadi legitimasi bahwa Greenpeace mendapat dukungan pemerintah dan mereka akan semakin bebas berbuat semaunya untuk menekan industri di Indonesia," kata politis dari Partai Golkar itu.

Firman meyakini, industri di Indonesia sudah sangat memahami dan peduli dengan persoalan lingkungan karena telah menjadi isu global.

"Dengan dukungan dan pengawasan pemerintah, industri sebenarnya telah sadar untuk menerapkan bisnis berkelanjutan dalam praktik bisnisnya," katanya.

Menurut dia, pemerintah Indonesia seharusnya bisa banyak belajar dari pemerintahan Brasil dalam menghadapi non-governmental organization (NGO) seperti Greenpeace, yang selalu mengatakan, "forget Greenpeace" karena mengetahui organisasi tersebut hanya mampu menjelekkan suatu negara tanpa kerja nyata.

Ketika mereka menata industri dan lingkungan tanpa peran NGO, hasilnya sangat konkret, tambahnya, industri di Brasil tumbuh berkembang dan persoalan lingkungan bisa diatasi bersama pemerintah dan dunia usaha.

Penolakan terhadap Greenpeace banyak dilakukan pemerintah sejumlah negara termasuk di Indonesia serta kalangan dunia usaha, karena LSM itu dinilai memiliki banyak misi terselubung dibalik kampanyenya.

Inkonsistensi Greenpeace di Indonesia terlihat sewaktu Tur Rainbow Warrior yang dimulai dari Jayapura pada 9-11 Mei 2013 yang mana dalam tur tersebut mereka tidak pernah menyampaikan protesnya terkait pengerukan kekayaan alam Papua yang dilakukan salah satu perusahaan tambang milik Amerika Serikat di kawasan tersebut.

Greenpeace juga tidak pernah memprotes Australia terkait pencemaran laut Timor akibat tumpahan pengeboran minyak milik Australia.(S025)

Pewarta: Subagyo

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013