Medan, 10/5 (Antara) - Harga ekspor karet Indonesia di bursa Singapura menguat menjadi 2,66 dolar AS/kilogram, Jumat, dari sebelumnya 2,54 dolar akibat melemahnya nilai tukar yen dan naiknya harga minyak mentah.

"Tetapi meski naik, harga jual 2,66 dolar AS per kg itu belum ideal dengan kondisi saat ini, sehingga pengusaha dan petani tetap mengeluhkan harga jual itu," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Jumat.

Harusnya dengan kondisi seperti ini, di mana produksi ketat dan harga minyak mentah menguat serta nilai tukar yen melemah, harga sudah bisa di atas 3 dolar AS per kg.

Produksi karet petani dan perkebunan di Indonesia khususnya Sumut yang merupakan salah satu sentra produksi utama tinggal sekitar 30-40 persen.

Penurunan produksi yang sudah mulai terjadi sejak Februari diperkirakan masih terus berlangsung minimal hingga awal Juni 2013.

Harga ekspor karet jenis SIR 20 yang menguat terus itu dari posisi 6 April 2013 yang masih sebesar 2,54 dolar AS per kg membuat harga bahan olah karet (bokar) di pabkan menguat sedikit dari sebelumnya yang di kisaran Rp19ribuan hingga Rp21ribuan per kg.

"Mudah-mudahan harga karet bisa terus menguat sehingga bisa mendongkrak devisa,"katanya.

Edy menjelaskan, pada triwulan I 2013, volume ekspor karet dari anggota Gapkindo Sumut naik 9,64 persen dari periode sama tahun lalu atau sudah mencapai 130.090.224 kg.

Tetapi meski naik, devisa masih tren menurun karena harga jual rendah.

Petani karet di Sumut, K Siregar, mengakui, harga jual getah sudah naik sekitar Rp100 per kg atau menjadi sekitar Rp6.100-Rp7.100 per kg dengan alasan pedagang pengumpul harga ekspor menguat.

Tetapi meski naik, harga getah karet yang Rp6.100an per kg itu belum menggembirakan, apalagi produksi sedang sedikit akibat musim kering (trek).***3***
yuliastuti
(T.E016/B/N. Yuliastuti/N. Yuliastuti)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013