Jakarta, 18/4 (Antara) - Royal Bank of Scotland (RBS) menilai perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh tinggi pada tahun ini di kisaran 6,5 persen atau meningkat dibanding 2012 sebesar 6,2 persen.

"Konsumsi domestik dan investasi masih menjadi pondasi utama perekonomian Indonesia," kata Vice President Economics Research Non Japan Asia, RBS, Enrico Tanuwidjaja di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, pemulihan ekspor pada semester kedua akan menambah faktor positif bagi perekonomian Indonesia.

Selain itu, lanjut Enrico pertumbuhan kredit perbankan di dalam negeri yang meningkat didorong oleh modal kerja juga dinilai positif mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Kredit yang tumbuh untuk modal kerja menunjukan kondisi yang sehat suatu negara," kata dia.

Untuk menjaga ekeonomi Indonesia tetap positif, ia mengharapkan Bank Indonesia dapat menaikkan suku bunga fasilitas simpanan BI (Fasbi rate) sebelum inflasi menanjak karena harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dinaikan.

Pada semester kedua tahun ini, Enrico juga memandang perlunya BI rate dinaikkan menjadi 6,25 persen - 6,5 persen, tergantung dampak inflasi dari BBM.

"Hal itu dilakukan agar suku bunga riilnya tetap stabil," ujarnya.

Ia mengasumsikan inflasi jika harga BBM naik ke Rp6.500 per liter untuk setiap kendaraan akan mencapai delapan persen - semblan persen. Sementara jika kebijakan BBM hanya untuk kendaraan pribadi, dampak inflasi mengecil menjadi 6,5 persen - 8 persen.

Encrico juga menilai tren melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar AS masih wajar seiring dengan kebutuhan pembangunan terutama sektor infrastruktur di Indonesia.

"Di Indonesia, nilai tukar rupiah cenderung melemah dibanding sembilan bulan sebelumnya. Hal itu wajar karena negara berkembang cenderung mengeluarkan dana untuk melakukan pembangunan, seperti di sektor infrastruktur," kata Enrico.

Ia mengatakan kinerja negara berkembang juga tidak terlepas dari kebutuhan migas yang tinggi untuk mendukung pembangunan. Dengan demikian, tingginya kebutuhan migas melalui impor akan membuat nilai tukar rupiah melemah dan mendorong defisit transaksi berjalan.

Namun, menurut dia, pelemahan nilai tukar domestik terhadap dolar AS dapat tertahan oleh aliran dana asing masuk ke dalam negeri terutama di pasar obligasi dan saham.(KR-ZMF)

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013