Palu, 13/4 (Antara) - Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana mengaku dirinya bisa menjadi seorang kaya raya dengan mudah jika mau korupsi atau menerima suap.
"Saya sudah kaya dari dulu jika mau korupsi atau menerima suap," kata Denny saat menutup orientasi CPNS Kemenkum dan HAM wilayah Sulawesi Tengah di Kota Palu, Sabtu.
Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini juga mengaku mengalami banyak godaan untuk memperkaya diri dari jalur ilegal.
"Godaannya banyak, tetapi jika kita melawannya pasti bisa mengalahkannya," katanya.
Dia mengatakan untuk melawan kezaliman dan korupsi harus dibantu oleh seluruh jajaran, bawahan, dan seluruh masyarakat.
"Ajudan saya pernah ditawari Rp1 miliar oleh seseorang yang cuma ingin bertemu dengan saya, tapi ajudan menolaknya. Sikap seperti inilah yang harus dipertahankan," kata pria kelahiran Kalimantan Selatan, 11 Desember 1972 itu.
Dia mengatakan hasil korupsi bukanlah rezeki, dan tidak ada manfaatnya dalam hidup.
Untuk mencoba memberantas korupsi, penulis buku "Negeri Para Mafioso" ini juga memberlakukan sistem kerja di Kemenkum dan HAM secara transparan seperti proses penerimaan CPNS.
"Semua hasil tahapan tes diumumkan secara terbuka, dan diawasi oleh pihak luar. Kalau ada yang mencoba melakukan pungli laporkan saja," kata Denny.
Pria yang jabatannya tinggal 560 hari lagi sebagai wakil menteri ini juga meminta masukan dan kritik dari masyarakat terkait kinerjanya selama ini.
"Kita akan jawab semua itu dengan inerja positif," katanya.(R026)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Saya sudah kaya dari dulu jika mau korupsi atau menerima suap," kata Denny saat menutup orientasi CPNS Kemenkum dan HAM wilayah Sulawesi Tengah di Kota Palu, Sabtu.
Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini juga mengaku mengalami banyak godaan untuk memperkaya diri dari jalur ilegal.
"Godaannya banyak, tetapi jika kita melawannya pasti bisa mengalahkannya," katanya.
Dia mengatakan untuk melawan kezaliman dan korupsi harus dibantu oleh seluruh jajaran, bawahan, dan seluruh masyarakat.
"Ajudan saya pernah ditawari Rp1 miliar oleh seseorang yang cuma ingin bertemu dengan saya, tapi ajudan menolaknya. Sikap seperti inilah yang harus dipertahankan," kata pria kelahiran Kalimantan Selatan, 11 Desember 1972 itu.
Dia mengatakan hasil korupsi bukanlah rezeki, dan tidak ada manfaatnya dalam hidup.
Untuk mencoba memberantas korupsi, penulis buku "Negeri Para Mafioso" ini juga memberlakukan sistem kerja di Kemenkum dan HAM secara transparan seperti proses penerimaan CPNS.
"Semua hasil tahapan tes diumumkan secara terbuka, dan diawasi oleh pihak luar. Kalau ada yang mencoba melakukan pungli laporkan saja," kata Denny.
Pria yang jabatannya tinggal 560 hari lagi sebagai wakil menteri ini juga meminta masukan dan kritik dari masyarakat terkait kinerjanya selama ini.
"Kita akan jawab semua itu dengan inerja positif," katanya.(R026)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013