Tanjung Rejo, Sumut, 10/4 (Antara) - Para nelayan tradisional yang umumnya miskin di Paluh Merbau, Desa Tanjung Rejo, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara meminta keperdulian Pemkab setempat guna mengentaskan kondisi mereka itu.
Salah seorang nelayan, Fairuddin (43) di Paluh Merbau, Rabu, mengatakan bahwa akibat kemiskinan itu, nelayan umumnya membuat rumah dari bahan-bahan seadanya.

Ia menuturkan bahwa apabila angin kencang maka dinding bangunan rumah terbuat dari papan itu terbuka dan dikhawatirkan roboh sehingga bisa menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Mereka mengharapkan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dapat memperhatikan kehidupan warganya yang berada dibawah garis kemiskinan.

"Jangankan merehab rumah, biaya hidup sehari-hari saja nelayan pemancing dan menggunakan jaring berukuran kecil itu sangat susah," ucap Fai
Dia mengatakan, para nelayan kecil di wilayah pesisir itu, sebahagian mendirikan rumah di lokasi hutan bakau, dan mereka timbun dengan tanah.
Bahkan, jelasnya, rumah para nelayan yang berada di pinggir jalan itu, hanya berukuran panjang enam meter dan lebar lima meter.

"Nelayan yang menggunakan perahu ukuran kecil itu, bertahun-tahun lamanya tinggal di pinggiran hutan bakau tersebut," ujarnya.

Saat ini, katanya, kerusakan hutan bakau di Paluh Merbau cukup parah dan kurang mendapatkan perhatian dari Pemkab Deli Serdang instansi terkait lainnya seperti Dinas Kehutanan.

"Hampir 70 persen kawasan hutan bakau atau 'mangrove" di daerah tersebut telah dijadikan untuk kepentingan komersial, yakni berupa kebun sawit, tambak ikan dan udang," kata Fai.

Data yang diperoleh menyebutkan, luas kawasan hutan bakau di Kabupaten Deli Serdang mencapai sekitar 12.816 hektare.

Dari 12 ribu hektare lebih total luas hutan bakau di Kabupaten Deli Serdang, sekitar lebih kurang 10 ribu hektare diperkirakan dalam kondisi rusak parah.***4***iskandar zulkarnaen.

(T.M034/B/I. Zulkarnaen/I. Zulkarnaen)

Pewarta: Munawar Mandailing

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013