Medan (ANTARA) - Pemulihan ekonomi di Sumatera Utara terus menunjukkan perbaikan dan mengindikasikan perekonomian yang tetap tumbuh.
"Pulihnya ekonomi di Sumut tercermin pada meningkatnya mobilitas masyarakat yang mendorong konsumsi," ujar Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut, Ibrahim di
Medan, Selasa.
Perekonomian Sumut tahun 2022 diprakirakan tetap tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan kisaran 3,5-4,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2021 masih 2,61 persen secara year on year setelah sebelumnya tergerus akibat pandemi COVID-19.
Peningkatan konsumsi masyarakat juga terkonfirmasi melalui peningkatan keyakinan konsumen dan indeks penjualan riil.
Hasil "liaison" BI, katanya, juga mengkonfirmasi akan adanya peningkatan permintaan domestik dan juga ekspor di tengah kenaikan biaya bahan baku serta energi dampak krisis global yang terus berlanjut.
Kinerja kredit perbankan juga terus meningkat disertai dengan tingkat risiko yang menurun.
"Semua itu semakin mengindikasikan aktivitas ekonomi yang terus membaik di Sumut," katanya.
Ibrahim menyebutkan, semakin pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat.
Perekonomian Sumut akan semakin terdorong dengan tingginya harga komoditas utama pada semester II.
Termasuk didukung berlanjutnya Program Pemulihan Ekonomi Nasional.
"Meski pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2022 diyakini lebih tinggi dibandingkan 2021.Namun beberapa faktor harus diwaspadai," katanya.
Mulai konflik geopolitik yang masih berlanjut dan berisiko memperpanjang krisis rantai pasok global serta potensi risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang dapat berpengaruh terhadap permintaan.
Termasuk adanya inflasi yang tren masih menguat dengan adanya kenaikan tarif listrik, BBM, gas dan lainnya.
Pada Juni, inflasi tahunan Sumut meningkat sebesar 5,61 persen atau lebih tinggi dari Mei yang sebesar 4,18 persen.
"Inflasi di Sumut berada di atas rentang target inflasi nasional 3 plus minus satu persen dan itu harus terus diwaspadai," ujar Ibrahim.