Jakarta (ANTARA) - Massa "Aksi #221 Priok Bersatu" di depan Kantor Kementerian Hukum dan HAM di Jalan Rasunan Said, Rabu, mendesak Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly meminta maaf kepada warga Tanjung Priok dalam waktu 2x24 jam.
Permintaan itu disampaikan setelah perwakilan warga diterima oleh Humas Kementerian Hukum HAM di sela-sela aksinya.
Perwakilan warga merasa kecewa karena Menteri Yasonna Laoly tidak ada di tempat dan yang menerima hanya Humas sehingga tidak terjadi dialog seperti yang diharapkan.
Baca juga: Kapal wartawan peliput kegiatan presiden terbalik dihantam ombak
Massa dalam aksinya mengatakan akan menurunkan massa aksi lebih banyak lagi jika menteri tidak menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada warga Priok melalui media massa.
Selain itu, dalam orasinya massa juga menyampaikan akan menutup Pelabuhan Internasional Tanjung Priok bila Menteri Yasonna tidak memenuhi permintaan massa untuk meminta maaf.
"Kami warga Tanjung Priok tetap akan mendesak bapak menteri meminta maaf 2x24 jam, kalau misalnya tidak minta maaf ya kami akan eskalasikan lagi aksi kami yang lebih besar lagi," kata Kenal Abu Bakar selalu koordinator aksi warga Tanjung Priok.
Baca juga: Presiden Jokowi merasa tidak "dibentak" orang NTT
Sekitar 100 orang mengatasnamakan warga Tanjung Priok melakukan aksi damai menuntut Menteri Yasonna Laoly minta maaf karena telah memberikan pernyataan yang menyinggung perasaan masyarakat Tanjung Priok.
Massa juga menilai Menteri Yasonna bersikap rasial karena membandingkan antara warga Menteng yang kalangan elit dengan warga Tanjung Priok yang diidentikkan dengan kemiskinan dan banyak kriminal.
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly pada acara "Resolusi Pemasyarakatan 2020" Direktorat Pemasyarakatan (Dirjen PAS) di Lapas Kelas II A Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (16/1) menyampaikan kemiskinan adalah sumber tindakan kriminal.
Yasonna mencontohkan bahwa anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan Menteng yang terkenal sebagai kawasan elite, akan tumbuh besar dengan cara berbeda.
"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin," katanya.
"Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak. Tapi, coba pergi ke Tanjung Priok, di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," kata Yasonna.