Sibolga (Antaranews Sumut)- Pemerintah pusat diharapkan ikut berperan untuk mencari 29 nelayan yang hilang kontak sampai saat ini. Walaupun Tim SAR gabungan telah melakukan upaya pencarian, namun belum ada kabar tentang keberadaan 28 ABK KM Mega Top III dan 1 nakhoda KM Hot Martua II yang berupaya membantu memperbaiki radio kapal.
Selama proses pencarian, tim SAR gabungan dari Sibolga dan Aceh tidak menemukan tanda-tanda keberadaan kapal dan ABK nya.
“Sampai sekarang kita masih menduga, kemungkinan kapal masih mengapung dan terbawa arus, atau belum tenggelam karena tidak ada tanda-tanda kapal karam di lokasi pencarian,” ujar Walikota Syarfi Hutauruk usai memimpin rapat lintas instansi di kantor Walikota Sibolga.
Syarfi mengatakan upaya selanjutnya pemerintah kota Sibolga harus meminta bantuan dari pemerintah pusat untuk menurunkan armada yang lebih canggih.
"Bisa saja keberadaan kapal ini sudah berada di wilayah hukum negara lain, maka kita butuh bantuan pemerintah pusat melalui Basarnas dan kementerian terkait lainnya,” kata Syarfi.
Dalam rapat tersebut, Kapolres Sibolga AKBP Edwin H Harianja mengungkapkan, sejak beberapa hari ini polisi telah membuka posko pelayanan informasi di Polsubsektor Sibolga Kota di kelurahan Pasar belakang.
Sebelumnya, dua nelayan Rahmat Hidayat dan Jamaluddin memberi keterangan sebelum KM Mega Top III GT 34, nomor lambung 359 PPJ milik UD Sinar Mas, berawak 28 ABK dinyatakan hilang di perairan Aceh.
Kedua nelayan ini adalah ABK KM Hot Martua II. Keduanya diundang saat rapat koordinasi lintas instansi di kantor Walikota Sibolga.
Rahmat Hidayat (warga Sarudik) mengatakan saat itu kapal mereka berlayar menuju salah satu tuasan (perangsang ikan) dan menghampiri kapal KM Mega Top III yang kebetulan sedang berlabuh di salah satu tuasan di sebelah barat laut Lahewa, Gunung Sitoli.
“Kami dipanggil nahkoda KM Mega Top III, katanya kontek atau radio mereka rusak. Kami pun merapat dan mengikat kapal kami di belakang KM Mega Top III. Nakhoda kami Indahrus naik ke kapal itu untuk membantu memperbaiki radio yang rusak,” kata Rahmat.
Tak berselang lama, cuaca buruk datang melanda, angin kencang dan gelombang laut cukup tinggi. Nakhoda mereka masih bertahan di KM Mega Top III.
Jamaluddin membenarkan, karena tidak bisa berbuat apa-apa saat cuaca buruk, mereka pun istirahat dan tertidur sembari menunggu nakhoda kapal yang sedang menolong memperbaiki radio KM Mega Top III.
Jamal dan Rahmat kemudian berupaya mencari KM Mega Top III, sebab nakhoda mereka masih berada di kapal tersebut, namun usaha mereka sia-sia.
“Kami hidupkan mesin lalu keliling mencari kapal itu tapi tidak kelihatan. Informasi itu pun kami sampaikan melalui radio untuk meminta bantuan kepada kapal lainnya, tapi hasilnya sama. Kami pun memutuskan pulang ke Sibolga,” ucap Jamal.