Medan, 28/1 (ANTARA) - Harga ekspor minyak sawit mentah atau "crude palm oil" Indonesia masih dalam tren lemah di kisaran 825 dolar AS per metrik ton meski permintaan mulai menguat.
Menguatnya permintaan CPO Indonesia terjadi sebagai dampak tidak banyaknya panen jenis minyak nabati lain di luar negeri, kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut Timbas Prasad Ginting di Medan, Senin.
Ia mengatakan harga CPO masih di kisaran 825 -850 dolar AS per metrik ton untuk pengapalan Februari dan Maret 2013.
Dengan harga ekspor sebesar itu, maka harga CPO di pasar lokal juga masih berkisar Rp7.425 per kg.
"Harga masih tren rendah meski permintaan mulai naik dampak panen minyak nabati di luar sawit di berbagai negara produsen seperti kedelai yang tidak terlalu bagus,"katanya.
Ada prakiraan harga CPO naik, tetapi sulit dan tidak berani dipastikan kapan dan berapa harganya, katanya.
Krisis ekonomi yang masih melanda berbagai negara khususnya AS dan Eropa membuat fluktuasi harga bisa terjadi begtu cepat dan besar.
Ketua Umum Dewan Minyak sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengakui, sulit memprediksi harga komoditas termasuk CPO menyusul krisis ekonomi.
Seperti awal tahun ini, kata dia, harusnya harga tren menguat karena pasokan CPO mulai ketat dan disusul panen minyak nabati lainnya yang kurang bagus di luar negeri.
Pasokan ketat akibat panen sawit yang sudah habis setelah musim sejak Agustus hingga November 2012 dengan panen terbanyak di September - Oktober.
"Namun nyatanya harga masih bisa dikatakan tren lemah di kisaran 800an dolar AS per metrik ton,"katanya.
Kalau nyatanya harga tidak membaik di semester I dan diikuti pada semester II, maka harga jual rata-rata minyak sawit dipastikan lebih rendah dari tahun lalu atau sekitar 850 dolar AS per metrik ton atau paling tinggi 900 dolar AS per metrik ton.
Padahal tahun 2012, harga jual CPO sudah mencapai rata-rata 1.000 dolar AS per metrik ton.***3***
(T.E016/B/N002/N002)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
Menguatnya permintaan CPO Indonesia terjadi sebagai dampak tidak banyaknya panen jenis minyak nabati lain di luar negeri, kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut Timbas Prasad Ginting di Medan, Senin.
Ia mengatakan harga CPO masih di kisaran 825 -850 dolar AS per metrik ton untuk pengapalan Februari dan Maret 2013.
Dengan harga ekspor sebesar itu, maka harga CPO di pasar lokal juga masih berkisar Rp7.425 per kg.
"Harga masih tren rendah meski permintaan mulai naik dampak panen minyak nabati di luar sawit di berbagai negara produsen seperti kedelai yang tidak terlalu bagus,"katanya.
Ada prakiraan harga CPO naik, tetapi sulit dan tidak berani dipastikan kapan dan berapa harganya, katanya.
Krisis ekonomi yang masih melanda berbagai negara khususnya AS dan Eropa membuat fluktuasi harga bisa terjadi begtu cepat dan besar.
Ketua Umum Dewan Minyak sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengakui, sulit memprediksi harga komoditas termasuk CPO menyusul krisis ekonomi.
Seperti awal tahun ini, kata dia, harusnya harga tren menguat karena pasokan CPO mulai ketat dan disusul panen minyak nabati lainnya yang kurang bagus di luar negeri.
Pasokan ketat akibat panen sawit yang sudah habis setelah musim sejak Agustus hingga November 2012 dengan panen terbanyak di September - Oktober.
"Namun nyatanya harga masih bisa dikatakan tren lemah di kisaran 800an dolar AS per metrik ton,"katanya.
Kalau nyatanya harga tidak membaik di semester I dan diikuti pada semester II, maka harga jual rata-rata minyak sawit dipastikan lebih rendah dari tahun lalu atau sekitar 850 dolar AS per metrik ton atau paling tinggi 900 dolar AS per metrik ton.
Padahal tahun 2012, harga jual CPO sudah mencapai rata-rata 1.000 dolar AS per metrik ton.***3***
(T.E016/B/N002/N002)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013