Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I masih terus memantau perkembangan industri karet di Sumatera Utara pada tahun 2024, meski permintaan pasar untuk komoditas ini cenderung menurun, namun  masih berperan penting untuk perekonomian. 

“Kami terus mengamati perkembangan karet, dan memperdalam pemetaan proses tata niaga dan harga juga masih mengikuti mekanisme pasar,” ujar Kepala KPPU Kanwil I Ridho Pamungkas di Medan, Jumat. 

Menurut Ridho, sektor karet Sumut menjadi perhatian karena banyak pelaku industri yang tidak mendapatkan bahan baku utama.

Selain itu, lanjut dia, petani merasa tidak mendapatkan untung jika mengelola karet bahkan mereka memilih mengalihkan lahannya  menjadi  perkebunan kelapa sawit yang lebih menjadi primadona beberapa tahun terakhir. 

“Selama 6 tahun belakangan ini , karet tidak jadi prioritas, kalah dengan ekspor lain, dari sisi lahan banyak yang beralih  ke sawit, karena petani merasa   lebih memberikan untung yang banyak,” kata Ridho. 

Ridho menambahkan, hingga Juli 2024 sudah ada sembilan pabrik karet di Sumut yang tutup karena tak bisa bersaing di pasar dan juga permintaan eskpor yang kian melandai. 

Namun, KPPU bersama Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut terus berupaya memberikan dorongan terhadap petani karet.

Diketahui, ekspor karet alam Sumut ke Eropa untuk pengapalan bulan Juli sebesar 1,3 persen dari total ekspor. Angka ini menurun dari pengapalan pada Juni lalu yang sebesar 7,53 persen. Bahkan jauh menurun dari pengapalan periode Mei yang dicatat Gapkindo Sumut sebesar 18,68 persen.

“Memang melandai jika dilihat dari data, namun KPPU bersama Gapkindo Sumut terus mengajak petani dan pelaku usaha untuk menjaga keberlangsungan industri,  juga terus berupaya memperbaiki harga karet  dengan konsep kemitraan,” ujar Ridho. 

Satu upaya yang menurut Ridho bisa dilakukan misalnya dengan menggalakkan produksi aspal karet di provinsi penghasil karet.


 

Pewarta: Dina Purnama

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024