Deretan bangunan tua masih terlihat kokoh berbaris rapi pada salah satu kawasan pecinan di Kota Medan sepanjang Jalan Jenderal Ahmad Yani.

Jalan yang dahulu dikenal dengan Kesawan ini merupakan jalan tertua di ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang dipenuhi bangunan bersejarah.

Bangunan tua berlantai dua atau lebih merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda, dan menjadi saksi perkembangan sektor perdagangan di Kota Medan hingga kini.

Sejarah mencatat dulunya kawasan Kesawan sebagian besar wilayahnya area persawahan, lalu beberapa kedai berderet dan permukiman warga Melayu.

Orang bilang kawasan Kesawan merupakan hamparan tanah rawa yang disulap menjadi kota modern berjuluk Paris van Sumatera karena memiliki bangunan bergaya Eropa.

Hal ini tidak terlepas dari majunya industri perkebunan tembakau di Tanah Deli dipelopori Jacob Nienhuys, pedagang asal Belanda yang datang ke Labuhan Deli, Medan Labuhan pada 1863.

Sebab permintaan tembakau Deli dalam pelelangan tembakau di pasar dunia cukup tinggi, dan orang-orang di Eropa menjuluki sebagai pembungkus cerutu terbaik.

Kondisi ini berdampak bagi pembangunan di Kota Medan, khususnya Kesawan yang mulai berkembang pada 1871 seiring dipindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Deli dari Labuhan Deli ke Medan Maimun.

Sementara orang Tionghoa dari Malaka dan Tiongkok mulai menetap di Kesawan pada 1880, sehingga kawasan ini didominasi etnis Tionghoa yang dijadikan pusat perbelanjaan kerajinan khas etnis ini di Kota Medan.

Tercatat 1 Maret 1887, pemerintah kolonial Belanda memindahkan ibu kota Keresidenan Sumatera Timur dari Bengkalis, Riau ke Kota Medan akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat ditopang hasil perkebunan.

Ibu kota Provinsi Sumatera Utara dan sekitarnya ketika itu merupakan penghasil perkebunan karet, kelapa sawit dan tembakau Deli yang amat terkenal di Eropa.

Masih di Jalan Jenderal Ahmad Yani terdapat rumah peninggalan saudagar Hakka, Provinsi Guangdong, Tiongkok, bernama Tjong A Fie. Rumah berlantai dua ini memiliki 35 ruangan dibangun pada 1895 di lahan seluas 8.000 meter.

Semasa jayanya pada 1886, Tjong A Fie memiliki perkebunan tembakau, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank dan lainnya yang mempekerjakan sekitar 10 ribu karyawan dan sangat dekat dengan Sultan Deli Makmun Al Rasyid.

Di seberangnya jalan yang tidak jauh kediaman Tjong A Fie berdiri restoran Tip Top pada 1934, dan kini merupakan salah satu destinasi wisata kuliner tidak boleh anda lewatkan saat di Kota Medan.

Sebab restoran Tip Top ini menjadi saksi bisu perkembangan di Kota Medan, karena kerap dijadikan tempat sarapan orang Belanda saat mau berangkat kerja, baik perkebunan maupun pemerintahan.

Pada deretan restoran Tip Top berdiri gedung PT PP London Sumatera Indonesia dulunya disebut gedung Juliana. Gedung Juliana ini milik Harrison & Crossfield, perusahaan perkebunan asal Inggris.

Panjang Jalan Jenderal Ahmad Yani ini tidak sampai satu kilometer berbatasan dengan persimpangan, di sisi kiri Jalan Jenderal Ahmad Yani VII, jika lurus Jalan Balai Kota dan di sisi kanan Jalan Pulau Pinang.

Di Jalan Balai Kota kini berdiri gedung Bank Mandiri yang dulunya milik The Netherlands Trading Company atau Nederlandsche Handel Maatschappij 1929. 

Lalu diikuti gedung Balai Kota, dan gedung Bank Indonesia dulunya bernama Javasche Bank dibangun pada 1910 oleh Asosiasi Hulswit and Fermont dari Weltevreden and Ed Cuypers dari Amsterdam.

Sebelahnya berdiri Hotel De Boer, kini hotel itu bernama Grand Inna Medan. Di depannya ada Post Kantoor atau gedung Kantor Pos Besar Medan pada 1909-1911 didirikan oleh Snuyf yang pernah menjabat Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia.

Kantor Pos Besar Medan kini diubah fungsi menjadi ruang kreatif publik memanfaatkan warisan sejarah bernama Pos Bloc Medan, dan diresmikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki didampingi Wali Kota Medan Bobby Nasution pada 2022.

Gedung Kantor Pos Besar Medan tersebut bertali-temali dengan jalan yang melingkari Lapangan Merdeka dibangun kolonial Belanda dilengkapi pohon beringin bernama Esplanade.

Ada NV Deli Spoorweg Matchapij, kini Stasiun Kereta Api Medan yang beroperasi sepanjang pantai timur Sumatera.

Berbagai infrastruktur yang dibangun itu tidak lepas dari kebutuhan perusahaan-perusahaan kolonial Belanda, termasuk perkebunan di sekitar Kota Medan saat itu.


Kota Lama Kesawan

Berbagai cerita deretan bangunan tua yang sempat dijuluki Paris van Sumatera tersebut ingin disampaikan Wali Kota Medan Bobby Nasution pada setiap wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan Kesawan.

Oleh karenanya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berkolaborasi dengan Pemkot Medan untuk mempercantik Kota Lama Kesawan di Kelurahan Kesawan, Medan Barat.

Wali Kota Medan Bobby Nasution menyebutkan pemugaran kawasan Kota Lama Kesawan ini dilakukan guna mengembalikan fungsi kawasan warisan sejarah di Kota Medan.

Tujuannya mengembangkan perekonomian di kawasan yang dipenuhi bangunan bersejarah, karena Kesawan merupakan suatu kawasan niaga.

"Perekonomian di Kota Lama Kesawan lebih hidup nantinya dengan arus lalu lintas dari Medan bagian Selatan menuju Utara tidak terganggu," katanya.

PT Brantas Abipraya (Persero) selaku BUMN di bidang konstruksi telah melakukan pemugaran infrastruktur permukiman kawasan Kota Lama Kesawan dituntaskan pada November 2023.

"Melalui pembangunan Kesawan ini, Brantas Abipraya berupaya menghidupkan makna legasi dari wilayah Medan. Pembenahan kawasan Kota Lama Kesawan ini merupakan upaya kami menyokong terwujudnya Medan wisata heritage," kata Direktur Operasi II Brantas Abipraya Purnomo. 

Pengerjaan pemugaran terdiri atas dua bagian, yakni permukaan tanah di antaranya penataan jalan, jalur pedestrian, jalur sepeda, penggantian lapisan permukaan beberapa ruas jalan dan tata cahaya.

Bagian kedua yakni pekerjaan di dalam tanah meliputi penataan saluran drainase, dan pembangunan saluran jaringan utilitas terpadu dengan menempatkan kabel utilitas dalam tanah.

Selain Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pasar Ikan Lama seperti Jalan Kumango, Jalan Perniagaan, Jalan Kereta Api, Jalan Perniagaan Baru, Jalan Kwang Gu, Jalan Pembelian, Jalan Perdagangan, Jalan Jenderal Ahmad Yani II, dan Jalan Palang Merah termasuk dipugar.

Untuk gedung Warenhuis di Jalan Jenderal Ahmad Yani VII, pekerjaan pemugaran meliputi Jalan Perdana, Jalan Raden Saleh, Jalan AR Syihab, dan Jalan Hindu ditargetkan selesai tahun ini.

Pemugaran gedung Warenhuis yang termasuk dalam kawasan Kota Lama Kesawan nantinya menjadi pusat ekspo, terutama pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan anak-anak muda kreatif serta aktivitas kuliner.

Saat ini sepanjang deretan bangunan tua Jalan Jenderal Ahmad Yani, para pejalan kaki lebih bisa menyaksikan keindahan arsitektur bergaya Eropa dengan leluasa.

Seperti trotoar jalan, baik sisi kiri maupun sisi kanan diperlebar. Masih di atas trotoar berjarak beberapa meter kedua sisi jalan, kini disediakan tempat duduk terbuat dari kayu bagi mereka ingin bersantai.

Di antara tempat duduk tersebut, terpasang lampu hias masing-masing setinggi 2,5 meter hingga 3,5 meter lebih menggunakan tiang besi untuk menerangi kawasan ini malam hari.

Tidak terlihat lagi kesemrawutan berbagai jaringan utilitas, seperti kabel aliran listrik karena sudah di tanam dalam tanah.

Di salah satu sisi Jalan Jenderal Ahmad Yani juga telah dipersiapkan tempat parkir satu lapis mobil, dan sepeda motor yang dijaga tukang parkir. 

Bobby Nasution menyebutkan bahwa Pos Bloc Medan, Lapangan Merdeka dan kawasan Kota Lama Kesawan diyakini akan membangkitkan perekonomian Kota Medan setelah dilanda pandemi.

"Pos Bloc Medan, Lapangan Merdeka dan Kota Lama Kesawan nantinya akan menjadi kawasan ekonomi guna membangkitkan perekonomian Kota Medan, terutama UMKM," ujar dia.

Hingga kini tersisa revitalisasi Lapangan Merdeka dan pembangunan overpass (jalan layang) di Jalan Stasiun Medan berjalan lancar dan bisa selesai sesuai target yang ditetapkan.

Pengerjaan fisik revitalisasi Lapangan Merdeka seluas 4,88 hektare difokuskan, di antaranya pekerjaan struktur bawah dan arsitektur lantai dasar ditargetkan semua selesai pada Juli 2024.

Sedangkan pembangunan jalan layang untuk mengurai kemacetan kawasan Stasiun Kereta Api ditargetkan selesai dalam waktu 15 bulan menggunakan APBD Kota Medan sebesar Rp67 miliar.

Peletakan batu pertama pertanda dimulainya pembangunan overpass yang memiliki panjang 231,72 meter dan lebar 12,5 meter pada Kamis, 5 Oktober 2023.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalan Wisata Sumatera Utara Solahuddin Nasution mengapresiasi atas komitmen Pemkot Medan memajukan pariwisata, khususnya Kota Lama Kesawan.

Pihaknya mengatakan pemerintah daerah selalu berjanji akan memajukan sektor pariwisata di daerah lewat pembenahan suatu destinasi wisata, tetapi realisasinya masih minim.

"Sektor pariwisata ini mau dijadikan prioritas, maka dukungan anggaran dan perbaikan sarana pendukung, infrastruktur harus mengikuti," katanya.

Pembenahan kawasan heritage dan sekaligus pemberdayaan UMKM Kota Medan merupakan salah satu dari lima program prioritas yang ditetapkan Wali Kota Medan Bobby Nasution pada 2021.

Kini setiap sudut kawasan Kota Lama Kesawan bisa ditemukan titik-titik menarik mengabadikan momen ketika mengunjungi wisata heritage Kota Medan ini.

Tetapi dibutuhkan kerja sama semua lapisan masyarakat dan Pemkot Medan dalam menjaga dan melestarikan tempat wisata heritage yang telah berumur ratusan tahun. 

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024