Ketua Tapak Suci Putra Muhammadiyah Sumatera Utara, Ahmad Fauzan Daulay menegaskan, yang terjadi antara dirinya dengan Riduwan Putra Saleh, sesungguhnya hanya keributan kecil di internal Tapak Suci.
"Permasalahan itu, sama sekali tidak ada kaitannya dengan keberadaan saya sebagai anggota DPRD Sumut dan Ketua DPW PAN," kata Fauzan didampingi sekretaris Feriyanto dan jajaran pengurus lainnya kepada wartawan, Selasa (21/2/2023).
Fauzan juga menyayangkan munculnya pemberitaan, yang menyebut dirinya melakukan penganiayaan terhadap Riduwan. "Saya hanya menendang sekali dan tidak ada menganiaya, seperti diberitakan," tandasnya.
Buktinya, pascakejadian tersebut Riduwan terlihat sehat-sehat saja dan bisa menjalankan aktivitasnya sehari-sehari seperti biasa.
Selain itu, kata Fauzan, keributan kecil di internal Tapak Suci itu juga sama sekali tidak ada kaitannya dengan HIPMI.
"Sekali lagi saya tegaskan, permasalahan antara saya dengan Riduwan murni persoalan internal Tapak Suci, yang seharusnya tidak ditunggangi pihak lain," ujarnya.
Menurut Fauzan, keributan bermula dari pelaksanaan Muswil Muhammadiyah, dirinya sebagai Ketua Tapak Suci tidak bisa melakukan registrasi kepesertaan sebagai Ortom Muhammadiyah, karena mandat sudah dipegang Riduwan.
"Sementara Riduwan yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris, sudah direshuffle dan tidak lagi menjabat sekretaris, sesuai dengan permintaan seluruh Pimda Tapak Suci dalam Rakerwil dua bulan lalu," ungkapnya.
Sangat mengherankan, yang bersangkutan sudah diberhentikan, tiba-tiba bisa mendapatkan mandat untuk menjadi peserta Muswil Muhammadiyah.
"Dalam hal ini, wajar saya merasa kesal dan kecewa, karena Riduwan yang junior saya, sudah menyerobot hak saya sebagai peserta Muswil Muhammadiyah," kata Fauzan.
Selanjutnya Fauzan menjelaskan kepada pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumut seputar status Riduwan yang sudah tidak lagi menjabat sekretaris, dan karenanya tidak berhak mendapatkan mandat.
Kemudian disarankan supaya damai-damai saja, dengan mengakomodir ketua dan sekretaris lama sebagai peserta. "Saya tidak terima usulan itu, karena Muswil merupakan forum resmi,” ujarnya.
Saat berada di dalam ruang rapat tersebut, Fauzan mengaku dipanggil keluar oleh panitia musyawarah dan di situ sudah ada Riduwan. Ia menilai melihat raut wajah Riduwan seperti menantang dirinya.
“Sebagai pendekar yang jauh lebih senior, saya merasa kurang dihargai. Sudah diganti, dibuat mandat. Emosi saya dan menendangnya sekali, bukan dipukul. Dia balas memukul".
Fauzan menambahkan, keributan itu bersifat spontanitas dan sama sekali tidak direncanakan. Hal itulah yang kemudian membuat Riduwan melaporkan dirinya ke Polres Padang Sidimpuan.
Insiden itu, lanjut Fauzan, pun hanya berlangsung beberapa menit dan tidak ada penganiayaan, karena di lokasi kejadian pada Jumat malam lalu itu disaksikan petugas keamanan, termasuk dari Polres Padang Sidimpuan, bahkan personel dari Poldasu.
“Kalau kami menganiaya, tentu sudah diamankan polisi. Sebaliknya, kami sudah berusaha melerai dan menjelaskan persoalannya, namun Riduwan tetap melaporkan masalah ini ke Polres Padang Sidimpuan," katanya.
Pihaknya juga sudah berusaha menghubungi Riduwan pascainsiden, namun hingga kini upaya menyelesaikan masalah ini dengan musyawarah belum tercapai.
“Kita tetap membuka pintu untuk dialog, agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik, namun belum terlihat upaya ke arah itu,” katanya.
Menurut Fauzan, Riduwan tampaknya ingin mendapatkan keadilan dalam kasus yang dialaminya. “Kita hargai itu, dan kita juga sepenuhnya menyerahkan masalah ini ke aparat penegak hukum untuk mendapatkan keadilan juga,” sebutnya.
Terkait dengan laporan Riduwan, Polres Padang Sidimpuan sudah memeriksa saksi dari tim panitia lokal.
“Sedangkan saya sendiri belum mendapat panggilan, kita sebagai warga akan taat hukum, dan akan menjelaskan apa yang terjadi dengan sebenar-benarnya, tanpa ada kita tambah-tambahi,” sebutnya.
Fauzan menyatakan siap memberikan keterangan kepada pihak kepolisian. “Kita serahkan masalah ini kepada aparat penegak hukum untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan hukum berlaku,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
"Permasalahan itu, sama sekali tidak ada kaitannya dengan keberadaan saya sebagai anggota DPRD Sumut dan Ketua DPW PAN," kata Fauzan didampingi sekretaris Feriyanto dan jajaran pengurus lainnya kepada wartawan, Selasa (21/2/2023).
Fauzan juga menyayangkan munculnya pemberitaan, yang menyebut dirinya melakukan penganiayaan terhadap Riduwan. "Saya hanya menendang sekali dan tidak ada menganiaya, seperti diberitakan," tandasnya.
Buktinya, pascakejadian tersebut Riduwan terlihat sehat-sehat saja dan bisa menjalankan aktivitasnya sehari-sehari seperti biasa.
Selain itu, kata Fauzan, keributan kecil di internal Tapak Suci itu juga sama sekali tidak ada kaitannya dengan HIPMI.
"Sekali lagi saya tegaskan, permasalahan antara saya dengan Riduwan murni persoalan internal Tapak Suci, yang seharusnya tidak ditunggangi pihak lain," ujarnya.
Menurut Fauzan, keributan bermula dari pelaksanaan Muswil Muhammadiyah, dirinya sebagai Ketua Tapak Suci tidak bisa melakukan registrasi kepesertaan sebagai Ortom Muhammadiyah, karena mandat sudah dipegang Riduwan.
"Sementara Riduwan yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris, sudah direshuffle dan tidak lagi menjabat sekretaris, sesuai dengan permintaan seluruh Pimda Tapak Suci dalam Rakerwil dua bulan lalu," ungkapnya.
Sangat mengherankan, yang bersangkutan sudah diberhentikan, tiba-tiba bisa mendapatkan mandat untuk menjadi peserta Muswil Muhammadiyah.
"Dalam hal ini, wajar saya merasa kesal dan kecewa, karena Riduwan yang junior saya, sudah menyerobot hak saya sebagai peserta Muswil Muhammadiyah," kata Fauzan.
Selanjutnya Fauzan menjelaskan kepada pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumut seputar status Riduwan yang sudah tidak lagi menjabat sekretaris, dan karenanya tidak berhak mendapatkan mandat.
Kemudian disarankan supaya damai-damai saja, dengan mengakomodir ketua dan sekretaris lama sebagai peserta. "Saya tidak terima usulan itu, karena Muswil merupakan forum resmi,” ujarnya.
Saat berada di dalam ruang rapat tersebut, Fauzan mengaku dipanggil keluar oleh panitia musyawarah dan di situ sudah ada Riduwan. Ia menilai melihat raut wajah Riduwan seperti menantang dirinya.
“Sebagai pendekar yang jauh lebih senior, saya merasa kurang dihargai. Sudah diganti, dibuat mandat. Emosi saya dan menendangnya sekali, bukan dipukul. Dia balas memukul".
Fauzan menambahkan, keributan itu bersifat spontanitas dan sama sekali tidak direncanakan. Hal itulah yang kemudian membuat Riduwan melaporkan dirinya ke Polres Padang Sidimpuan.
Insiden itu, lanjut Fauzan, pun hanya berlangsung beberapa menit dan tidak ada penganiayaan, karena di lokasi kejadian pada Jumat malam lalu itu disaksikan petugas keamanan, termasuk dari Polres Padang Sidimpuan, bahkan personel dari Poldasu.
“Kalau kami menganiaya, tentu sudah diamankan polisi. Sebaliknya, kami sudah berusaha melerai dan menjelaskan persoalannya, namun Riduwan tetap melaporkan masalah ini ke Polres Padang Sidimpuan," katanya.
Pihaknya juga sudah berusaha menghubungi Riduwan pascainsiden, namun hingga kini upaya menyelesaikan masalah ini dengan musyawarah belum tercapai.
“Kita tetap membuka pintu untuk dialog, agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik, namun belum terlihat upaya ke arah itu,” katanya.
Menurut Fauzan, Riduwan tampaknya ingin mendapatkan keadilan dalam kasus yang dialaminya. “Kita hargai itu, dan kita juga sepenuhnya menyerahkan masalah ini ke aparat penegak hukum untuk mendapatkan keadilan juga,” sebutnya.
Terkait dengan laporan Riduwan, Polres Padang Sidimpuan sudah memeriksa saksi dari tim panitia lokal.
“Sedangkan saya sendiri belum mendapat panggilan, kita sebagai warga akan taat hukum, dan akan menjelaskan apa yang terjadi dengan sebenar-benarnya, tanpa ada kita tambah-tambahi,” sebutnya.
Fauzan menyatakan siap memberikan keterangan kepada pihak kepolisian. “Kita serahkan masalah ini kepada aparat penegak hukum untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan hukum berlaku,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023