Sampoerna Academy mengembangkan kecerdasan budaya & kompetensi bahasa melalui pedagogi STEAM di perayaan Lunar New Year.

"Sebagai sekolah interkultural, Sampoerna Academy berkomitmen untuk mendorong lahirnya generasi masa depan yang memiliki kompetensi abad 21, berkarakter kuat, dan berjiwa kepemimpinan inklusif," ujar Principal Sampoerna Academy Medan Mary Jane Luyon Fajardo di Medan, Jumat. 

Oleh karena itu, selain menerapkan pedagogi Science, Technology, Engineering, Arts, & Mathematics (STEAM) di metode pembelajaran formal, Sampoerna Academy juga berfokus pada pengembangan karakter peserta didik melalui berbagai kegiatan non-formal.

Salah satunya, kata dia, adalah dengan menggunakan momentum perayaan Lunar New Year sebagai upaya mengembangkan kecakapan abad 21, khususnya terkait kecerdasan budaya dan kompetensi bahasa  

Mary Jane Luyon-Fajardo menjelaskan, ”Sampoerna Academy berfokus pada pendekatan STEAM untuk mengembangkan kompetensi 5C pada murid, yaitu Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Character." 

Selain itu, Sampoerna Academy juga menggunakan metode pembelajaran trilingual atau tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

"Selain menggunakan kurikulum berstandar internasional yang diterapkan di dalam kelas, kami juga berupaya mengembangkan kecakapan abad 21 melalui beragam kegiatan non-formal, seperti United Nations Day atau melalui perayaan Lunar New Year," ujarnya. 

Dalam perayaan Lunar New Year, Sampoerna Academy Medan mengangkat tema “The Twelve Zodiac Signs Make The Spring Festival”, dimana para siswa menampilkan berbagai pertunjukan, mulai tarian, musik, martial art, hingga wushu, cultural workshop seperti pelatihan menulis kaligrafi huruf Cina, melukis kipas dan layang-layang, serta pameran bazaar.

Bagi siswa dengan tingkatan usia lebih kecil, ada lomba permainan tradisional, seperti mengambil kelereng dengan sumpit atau berjalan dengan mangkuk di kepala. 

Seluruh program itu merepresentasikan kemeriahan masyarakat Asia saat menyambut Festival Tahun Baru Lunar yang juga berarti dimulainya musim semi. 

Pertunjukan perayaan Lunar New Year yang ditampilkan siswa merupakan contoh nyata pembelajaran menggunakan STEAM, dimana murid didorong untuk berpikir kritis dan memahami lebih mendalam, serta diberi kesempatan untuk mengeksplorasi seluruh kemampuannya dalam mencari solusi atau cara baru. 

Perayaan Lunar New Year juga merupakan upaya Sampoerna Academy menanamkan di peserta didik mengenai tatanan nilai-nilai budaya Asia yang mengedepankan keharmonisan, toleransi, dan saling menghargai.

Harapannya, siswa dapat mengembangkan pola pikir global melalui kurikulum internasional yang dipelajari, sambil tetap menjunjung falsafah luhur Asia, tempat mereka lahir atau tinggal.

"Pola pikir itu menjadi buah dari upaya pengembangan kecerdasan budaya yang ditanamkan sejak dini," katanya.

Harapan Sampoerna Academy, melalui perayaan Lunar New Year tahun ini, kecerdasan budaya dan kompetensi bahasa para peserta didik menjadi lebih terasah, sehingga pada akhirnya mereka bisa memiliki jiwa kepimpinan inklusif, serta mampu beradaptasi lebih cepat saat menghadapi tantangan global. 

Mary Jane Luyon-Fajardo menegaskan, selain menjalankan kurikulum internasional, sekolah itu mengikuti program Pemerintah Indonesia seperti Merdeka Belajar. 

Merdeka Belajar sendiri, ujar dia, sesuai dengan kurikulum internasional yang mengajarkan agar anak tumbuh kreatif dan aktif. 

 Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana di Webinar Cultural Intelligence: An Essential Skill Set for 21st Century yang diadakan oleh Sampoerna Academy mengatakan, kecerdasan budaya mengacu pada kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dalam konteks beragam budaya.

Dimana hal itu berkaitan dengan kompetensi kognitif atau berfikir, mengelola emosi, dan berperilaku saat berhadapan dengan orang lain. 

Apabila anak cerdas budaya, mereka akan lebih luwes dalam bergaul, memiliki kecakapan komunikasi lebih baik, fleksibel dalam pikir atau open minded, serta mampu menjalin hubungan lebih harmonis dan minim konflik dengan orang-orang di sekitarnya. 

Vera menyebutkan, selain peran sekolah, pengembangan karakter dan kemampuan cerdas budaya pada anak sebaiknya juga dilakukan di keluarga atau rumah. 

“Ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk melatih kecakapan itu, dimulai dengan memperkenalkan budaya sendiri kepada anak, kemudian mengajak anak melihat atau memperhatikan budaya lain yang ada. Ajarkan anak untuk berempati terhadap budaya lain yang mungkin berbeda dengan budaya sendiri," katanya.

Para orang tua juga bisa melibatkan anak dalam perilaku atau gestur yang menghargai budaya lain, atau bisa juga dengan memperkenalkan bahasa baru. 

“Harapan kami melalui perayaan Lunar New Year tahun ini kecerdasan budaya dan kompetensi bahasa para peserta didik menjadi lebih terasah, sehingga pada akhirnya mereka bisa memiliki jiwa kepimpinan inklusif, serta mampu beradaptasi lebih cepat saat menghadapi tantangan global," katanya

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023