Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S Depari menegaskan pihaknya akan mengevaluasi pelaksanaan Porwanas, apa masih perlu atau tidak untuk digelar, karena mengacu pada Porwanas XIII/2022 di Malang, Jawa Timur, masih jauh dari sportivitas dan solidaritas.
“Porwanas memang gawean PWI, dan Siwo sebagai pelaksana. Karenanya kita akan menugaskan Siwo PWI Pusat didukung unsur atau pihak lain melakukan evaluasi secara keseluruhan,” ujar Atal Depari di Malang, Sabtu, mengomentari pelaksanaan Porwanas Malang, Jawa Timur yang telah menyelesaikan seluruh pertandingan.
Di pertandingan hari terakhir Porwanas yang mempertandingkan cabang olahraga atletik,lari 5000m dan 3000m, diwarnai hujan protes karena juara di masing-masing nomor disinyalir melanggar ketentuan dan aturan pertandingan yang sudah disepakati.
Di nomor 5000m, peserta dari Papua, Gerson May, tampil menjadi yang tercepat, sementara di nomor 3000m dimenangi Maryono asal Jawa Barat. Namun mayoritas manajer tim peserta memprotes keberadaan kedua pelari ini karena dinilai melanggar peraturan terbaru PB Porwanas, khusus tentang tidak dibolehkannya atlet yang pernah ikut Kejurnas tampil di Porwanas.
Sebelumnya di cabang biliar juga terjadi protes terhadap pebiliar tuan rumah Moch Mustaqim. Berdasarkan data peserta Kejurnas Biliar 2018, terdata jelas bahwa atlet dimaksud ikut event dimaksud.
Kerusuhan juga terjadi di cabang sepak bola saat laga Maluku Utara vs Jatim. Wasit nyaris menjadi korban kiriminalitas karena dikejar kejar pemain.
Di cabang olahraga futsal juga disinyalir terjadi penyimpangan sportivitas dan silaturahmi. Hal ini karena lemahnya kinerja panitia memperkenankan pemain bertanding tanpa memperlihatkan id card, kartu PWI dan juga UKW.
“Tadinya kita berharap, pelaksanaan Porwanas di Malang dapat menghibur masyarakat di sana pasca tragedi Kanjuruhan. Namun nyatanya, ada juga pemain yang mengejar-ngejar wasit di laga sepakbola,” ujar Atal.
Pria yang asal Karo,Sumatera Utara ini lebih lanjut mengatakan, seharusnya Porwanas adalah media bagi wartawan anggota PWI mengkristalkan silaturahmi melalui kegiatan olahraga, seni dan lomba kewartawanan. Namun kenyataannya, silaturahmi yang diharapkan masih jauh dari yang diharapkan karena rendahnya sportivitas.
Ditanya kemungkinan pelaksanaan kenaikan tingkat anggota PWI dan UKW di berbagai provinsi terjadi “kebocoran” sehingga diduga ada oknum bukan wartawan dapat memilikinya sehingga tampil di Porwanas, dia menegaskan, karena itulah pihaknya perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh.
“Pokoknya kita melakukan evaluasi secara menyeluruh,” ujar Atal mengakhiri keterangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
“Porwanas memang gawean PWI, dan Siwo sebagai pelaksana. Karenanya kita akan menugaskan Siwo PWI Pusat didukung unsur atau pihak lain melakukan evaluasi secara keseluruhan,” ujar Atal Depari di Malang, Sabtu, mengomentari pelaksanaan Porwanas Malang, Jawa Timur yang telah menyelesaikan seluruh pertandingan.
Di pertandingan hari terakhir Porwanas yang mempertandingkan cabang olahraga atletik,lari 5000m dan 3000m, diwarnai hujan protes karena juara di masing-masing nomor disinyalir melanggar ketentuan dan aturan pertandingan yang sudah disepakati.
Di nomor 5000m, peserta dari Papua, Gerson May, tampil menjadi yang tercepat, sementara di nomor 3000m dimenangi Maryono asal Jawa Barat. Namun mayoritas manajer tim peserta memprotes keberadaan kedua pelari ini karena dinilai melanggar peraturan terbaru PB Porwanas, khusus tentang tidak dibolehkannya atlet yang pernah ikut Kejurnas tampil di Porwanas.
Sebelumnya di cabang biliar juga terjadi protes terhadap pebiliar tuan rumah Moch Mustaqim. Berdasarkan data peserta Kejurnas Biliar 2018, terdata jelas bahwa atlet dimaksud ikut event dimaksud.
Kerusuhan juga terjadi di cabang sepak bola saat laga Maluku Utara vs Jatim. Wasit nyaris menjadi korban kiriminalitas karena dikejar kejar pemain.
Di cabang olahraga futsal juga disinyalir terjadi penyimpangan sportivitas dan silaturahmi. Hal ini karena lemahnya kinerja panitia memperkenankan pemain bertanding tanpa memperlihatkan id card, kartu PWI dan juga UKW.
“Tadinya kita berharap, pelaksanaan Porwanas di Malang dapat menghibur masyarakat di sana pasca tragedi Kanjuruhan. Namun nyatanya, ada juga pemain yang mengejar-ngejar wasit di laga sepakbola,” ujar Atal.
Pria yang asal Karo,Sumatera Utara ini lebih lanjut mengatakan, seharusnya Porwanas adalah media bagi wartawan anggota PWI mengkristalkan silaturahmi melalui kegiatan olahraga, seni dan lomba kewartawanan. Namun kenyataannya, silaturahmi yang diharapkan masih jauh dari yang diharapkan karena rendahnya sportivitas.
Ditanya kemungkinan pelaksanaan kenaikan tingkat anggota PWI dan UKW di berbagai provinsi terjadi “kebocoran” sehingga diduga ada oknum bukan wartawan dapat memilikinya sehingga tampil di Porwanas, dia menegaskan, karena itulah pihaknya perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh.
“Pokoknya kita melakukan evaluasi secara menyeluruh,” ujar Atal mengakhiri keterangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022