Dokter spesialis neurologi dari Siloam Hospital Yogyakarta Lothar Matheus M V Silalahi mengatakan penting untuk melakukan deteksi dini guna mencegah demensia atau kepikunan.

“Deteksi dini penting untuk mencegah demensia, karena tindakan medis ataupun pengobatan medis modern belum dapat menjamin kesembuhan penderita demensia,” ujar Lothar dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Meski demikian, lanjutnya, apabila sudah pada tahapan tertentu penanganan penderita demensia dioptimalkan agar tidak memburuk atau ke tingkat keparahan selanjutnya.

Baca juga: Lima mitos dan fakta seputar kesehatan anak dan keluarga
 

“Tujuan penderita dapat beradaptasi dengan kondisinya dengan kualitas hidup yang maksimal,” tambah dia.

Dia menjelaskan pemeriksaan saraf, mental dan yang dikenal dengan tes fungsi luhur akan mengawali tindakan diagnosa dan dilanjutkan pemindaian otak, CT scan, MRI atau PET scan dan tindakan pendukung lainnya. Beberapa terapi khusus dan penting adanya dukungan keluarga dan lingkungan.

"Diibaratkan sebuah rumah, dimensia dan salah satu ruangan di dalamnya adalah alzheimer. Dapat diartikan alzheimer adalah salah satu tipe demensia paling umum,” ujarnya.

Konsultasi berkelanjutan menjadi langkah tepat untuk memantau perkembangan dengan penanganan yang ideal, termasuk menjalankan pola hidup sehat, berolahraga rutin, asupan nutrisi cukup sekaligus melatih otak secara berkala. Juga penting mengelola penyakit penyerta, seperti diabetes, kolesterol, hipertensi yang merupakan hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keluhan penyakit demensia.

Demensia, lanjut dia, bisa terjadi ketika otak mengalami penurunan kondisi karena penyakit, seperti alzheimer, serangan stroke dan trauma kepala.

"Secara detail, demensia merupakan kondisi penurunan fungsi otak, seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat, pola berpikir dan akan mengganggu kemandirian aktivitas penderita," ucapnya.

Dari banyak tipe demensia, data menunjukkan yang sering ditemukan adalah alzheimer, yang akan berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di otak. Ada juga tipe lain seperti Demensia Vaskular yang diakibatkan gangguan pada pembuluh darah otak.

Untuk faktor risikonya, antara lain disebabkan pertambahan usia, genetik keluarga, pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, karena merokok, dan kecanduan alkohol. Faktor risiko juga dipicu dengan beberapa kondisi seperti depresi, down syndrome, sleep apnea, hipertensi, obesitas maupun diabetes.

Gejala utama penderita demensia adalah penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku dan cara bicara, dan cenderung memburuk seiring waktu.

 

Pewarta: Indriani

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022