Dokter spesialis anak dr. Syahminar Rahmani, Sp.A mengingatkan bahwa orang tua perlu waspada pada tanda dehidrasi saat anak mengalami diare karena jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian.
“Hati-hati terhadap dehidrasi. Orang tua harus waspada, pahami tanda-tanda dehidrasi. Kemudian kalau misalnya BAB-nya tidak ada perbaikan atau anaknya mengalami dehidrasi, segera dibawa ke faskes,” kata dokter dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional RSAB Harapan Kita dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Dia menyebutkan bahwa kurang lebih terdapat 520 ribu anak di dunia yang di bawah usia 5 tahun meninggal dunia karena diare. Sementara di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian pertama pada anak usia 1-5 tahun. Diare juga menjadi penyebab kedua kematian anak di bawah usia 1 tahun.
“Sebetulnya yang membuat anak diare meninggal itu adalah kondisi dehidrasi. Jadi pada diare itu kan kehilangan cairan banyak ya, nah itu kondisi dehidrasinya itu yang membuat anak-anak yang tidak bisa ditolong lagi. Kalau datangnya telat ke faskes, itu biasanya sulit tertolong,” kata Syahminar.
Baca juga: Dokter: Gula darah tidak terkontrol dapat sebabkan kelainan retina
Dia mengatakan orang tua dapat mengenali tanda-tanda dehidrasi pada anak berdasarkan klasifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan atau sedang, dan dehidrasi berat.
Pada anak yang tanpa dehidrasi biasanya hanya terjadi penurunan berat badan yang sedikit yaitu kurang dari 5 persen dari berat badan normal pada usianya. Selain itu, anak juga masih relatif aktif, tidak ada penurunan kesadaran, dan kelopak mata tidak cekung.
“Kemudian kita juga bisa lihat dari minumnya, anaknya minumnya baik-baik saja, normal. Kemudian kita bisa lihat dari turgor, menilai dengan cara mencubit kulit di bagian perut. Kalau kita cubit, (kulit) perut itu bakal kembali, jadi elastisnya bagus,” kata Syahminar.
Sebaliknya, pada anak dengan dehidrasi berat tanda-tanda yang ditunjukkan berlawanan dengan anak yang tanpa dehidrasi. Anak tampak lemas, kelopak mata cekung, cenderung enggan atau malas minum, serta apabila kulit perut dicubit tampak lambat sekali kembali atau membutuhkan lebih dari dua detik untuk kembali seperti semula.
Kemudian pada kondisi dehidrasi ringan atau sedang, Syahminar menjelaskan berat badan anak biasanya turun kurang lebih 5-10 persen dari berat badan normal. Saat dehidrasi ringan, anak cenderung rewel dan gelisah, kelopak mata mulai tampak cekung, cara minum yang sangat cepat seperti sedang kehausan, serta derajat elastisitas pada kulit perut mulai berkurang.
Syahminar juga mengingatkan terdapat tanda bahaya atau red flag selain dehidrasi yang perlu diwaspadai orang tua saat anak mengalami diare, yaitu terjadi penurunan kesadaran, enggan minum, cairan muntah berwarna hijau yang menandakan sumbatan di dalam saluran cerna, tangan dan kaki terasa dingin, demam tinggi, dan napas cenderung cepat.
“Ada lagi yang bahaya, kalau anaknya di bawah usia 6 bulan atau bayi prematur. Itu bahaya juga, termasuk tanda bahaya bayi prematur itu pup-nya jadi lebih sering atau lebih cair, nah itu harus segera dibawa ke faskes,” kata Syahminar.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
“Hati-hati terhadap dehidrasi. Orang tua harus waspada, pahami tanda-tanda dehidrasi. Kemudian kalau misalnya BAB-nya tidak ada perbaikan atau anaknya mengalami dehidrasi, segera dibawa ke faskes,” kata dokter dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional RSAB Harapan Kita dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Dia menyebutkan bahwa kurang lebih terdapat 520 ribu anak di dunia yang di bawah usia 5 tahun meninggal dunia karena diare. Sementara di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian pertama pada anak usia 1-5 tahun. Diare juga menjadi penyebab kedua kematian anak di bawah usia 1 tahun.
“Sebetulnya yang membuat anak diare meninggal itu adalah kondisi dehidrasi. Jadi pada diare itu kan kehilangan cairan banyak ya, nah itu kondisi dehidrasinya itu yang membuat anak-anak yang tidak bisa ditolong lagi. Kalau datangnya telat ke faskes, itu biasanya sulit tertolong,” kata Syahminar.
Baca juga: Dokter: Gula darah tidak terkontrol dapat sebabkan kelainan retina
Dia mengatakan orang tua dapat mengenali tanda-tanda dehidrasi pada anak berdasarkan klasifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan atau sedang, dan dehidrasi berat.
Pada anak yang tanpa dehidrasi biasanya hanya terjadi penurunan berat badan yang sedikit yaitu kurang dari 5 persen dari berat badan normal pada usianya. Selain itu, anak juga masih relatif aktif, tidak ada penurunan kesadaran, dan kelopak mata tidak cekung.
“Kemudian kita juga bisa lihat dari minumnya, anaknya minumnya baik-baik saja, normal. Kemudian kita bisa lihat dari turgor, menilai dengan cara mencubit kulit di bagian perut. Kalau kita cubit, (kulit) perut itu bakal kembali, jadi elastisnya bagus,” kata Syahminar.
Sebaliknya, pada anak dengan dehidrasi berat tanda-tanda yang ditunjukkan berlawanan dengan anak yang tanpa dehidrasi. Anak tampak lemas, kelopak mata cekung, cenderung enggan atau malas minum, serta apabila kulit perut dicubit tampak lambat sekali kembali atau membutuhkan lebih dari dua detik untuk kembali seperti semula.
Kemudian pada kondisi dehidrasi ringan atau sedang, Syahminar menjelaskan berat badan anak biasanya turun kurang lebih 5-10 persen dari berat badan normal. Saat dehidrasi ringan, anak cenderung rewel dan gelisah, kelopak mata mulai tampak cekung, cara minum yang sangat cepat seperti sedang kehausan, serta derajat elastisitas pada kulit perut mulai berkurang.
Syahminar juga mengingatkan terdapat tanda bahaya atau red flag selain dehidrasi yang perlu diwaspadai orang tua saat anak mengalami diare, yaitu terjadi penurunan kesadaran, enggan minum, cairan muntah berwarna hijau yang menandakan sumbatan di dalam saluran cerna, tangan dan kaki terasa dingin, demam tinggi, dan napas cenderung cepat.
“Ada lagi yang bahaya, kalau anaknya di bawah usia 6 bulan atau bayi prematur. Itu bahaya juga, termasuk tanda bahaya bayi prematur itu pup-nya jadi lebih sering atau lebih cair, nah itu harus segera dibawa ke faskes,” kata Syahminar.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022