Bank Indonesia memprediksi inflasi di Sumatera Utara pada Juli bisa lebih rendah dari Juni yang sebesar 1,40 persen.
"Berbagai upaya yang terus dilakukan TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Sumut seperti operasi pasar murah bahan pokok diyakini bisa menekan inflasi," ujar Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut, Ibrahim, di Medan, Kamis.
Pengaruh konsumsi masyarakat yang mulai normal disertai upaya TPID dalam memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi serta dukungan kebijakan pemerintah lainnya diprakirakan dapat menahan tekanan inflasi.
Meski bisa dikendalikan, ujar Ibrahim, namun BI memperhitungkan sepanjang 2022 inflasi Sumut akan lebih tinggi dari 2021.
Bahkan, inflasi di Sumut berpotensi lebih tinggi dari rentang sasaran tiga plus minus satu persen.
Peningkatan inflasi pada 2022 didorong oleh banyak faktor, mulai meningkatnya pendapatan masyarakat sejalan dengan pulihnya perekonomian, kemudian berlanjutnya konflik geopolitik yang mendorong kenaikan harga energi dan pangan global.
"Termasuk kebijakan proteksionisme pangan beberapa negara di dunia serta faktor gangguan cuaca. Agar inflasi tidak terlalu tinggi, sinergi dan koordinasi melalui forum TPID perlu senantiasa diperkuat," katanya.
Penguatan sinergi agar bisa menyusun formulasi kebijakan yang tepat guna mengantisipasi risiko-risiko yang mendorong inflasi.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Juni 2022) Sumut sudah sebesar 4,18 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2022 terhadap Juni 2021) mencapai 5,61 persen.
"Jangan sampai inflasi terlalu besar yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi," katanya.
Perekonomian Sumut tahun 2022 diprakirakan tetap tumbuh lebih tinggi dari 2021 dengan kisaran 3,5-4,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2021 masih 2,61 persen secara year on year setelah sebelumnya tergerus akibat pandemi COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
"Berbagai upaya yang terus dilakukan TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Sumut seperti operasi pasar murah bahan pokok diyakini bisa menekan inflasi," ujar Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut, Ibrahim, di Medan, Kamis.
Pengaruh konsumsi masyarakat yang mulai normal disertai upaya TPID dalam memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi serta dukungan kebijakan pemerintah lainnya diprakirakan dapat menahan tekanan inflasi.
Meski bisa dikendalikan, ujar Ibrahim, namun BI memperhitungkan sepanjang 2022 inflasi Sumut akan lebih tinggi dari 2021.
Bahkan, inflasi di Sumut berpotensi lebih tinggi dari rentang sasaran tiga plus minus satu persen.
Peningkatan inflasi pada 2022 didorong oleh banyak faktor, mulai meningkatnya pendapatan masyarakat sejalan dengan pulihnya perekonomian, kemudian berlanjutnya konflik geopolitik yang mendorong kenaikan harga energi dan pangan global.
"Termasuk kebijakan proteksionisme pangan beberapa negara di dunia serta faktor gangguan cuaca. Agar inflasi tidak terlalu tinggi, sinergi dan koordinasi melalui forum TPID perlu senantiasa diperkuat," katanya.
Penguatan sinergi agar bisa menyusun formulasi kebijakan yang tepat guna mengantisipasi risiko-risiko yang mendorong inflasi.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Juni 2022) Sumut sudah sebesar 4,18 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2022 terhadap Juni 2021) mencapai 5,61 persen.
"Jangan sampai inflasi terlalu besar yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi," katanya.
Perekonomian Sumut tahun 2022 diprakirakan tetap tumbuh lebih tinggi dari 2021 dengan kisaran 3,5-4,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2021 masih 2,61 persen secara year on year setelah sebelumnya tergerus akibat pandemi COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022