Kementerian Komunikasi dan Informatika resmi membuka program beasiswa Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership Academy untuk tahun ini, terbuka bagi masyarakat dan gratis.
"Intensifikasi transformasi digital berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan talenta digital. Talenta-talenta digital ini lah yang akan menjadi navigator utama penggerak ekosistem digital," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, dalam video sambutan pada acara The National Digital Talent Program di Yogyakarta, Selasa.
Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership Academy merupakan program reguler Kementerian Kominfo sejak beberapa tahun belakangan. Tahun ini, kementerian tersebut membuka kuota 200.000 peserta untuk pelatihan teknis antara lain bidang komputasi awan, kecerdasan buatan mahadata dan keamanan siber.
Baca juga: Kemenkominfo "take down" hampir seluruh hoaks soal COVID-19 di medsos
Untuk tahun ini, DTS terdiri dari tujuh akademi yaitu Vocational School Graduate Academy, Government Transformation Academy, Digital Entrepreneurship Academy, Professional Academy. Thematic Academy, Fresh Graduate Academy dan Talent Scouting.
Sementara program Digital Leadershp Academy, dibuka untuk para pengambil kebijakan digital baik di sektor pemerintah maupun swasta. Kominfo memberikan kuota 550 kursi untuk tahun ini.
Seperti program sebelumnya, Digital Leadership Academy tahun ini bekerja sama dengan delapan universitas mancanegara, beberapa di antaranya adalah Tsinghua University, Harvard Kennedy School, Oxford University dan National University of Singapore.
Program beasiswa ini dibuat untuk mencetak talenta digital Indonesia karena terdapat kesenjangan antara ketersediaan talenta dengan kebutuhan, baik secara nasional maupun kawasan Asia Pasifik.
Pada tingkat nasional, Kominfo menemukan setidaknya 50 persen talenta memiliki keterampilan digital tingkat dasar dan menengah. Talenta digital yang memiliki kemampuan tingkat lanjutan berjumlah kurang dari 1 persen.
Di kawasan Asia Pasifik, dikatakan Johnny, lebih dari 50 persen CEO kesulitan merekrut talenta digital dengan keterampilan yang tepat. Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami defisit sekitar 47 juta talenta digital pada 2030.
"Tentu kesenjangan ini harus disikapi serius. Apalagi kita ingin menciptakan Indonesia yang kompetitif di kancah global," kata Johnny.
Talenta digital juga harus dilihat dari segi potensi, bahwa Indonesia memiliki potensi digital yang besar karena memiliki ribuan perusahaan rintisan (startup). Indonesia saat ini mencetak satu startup decacorn dan delapan unicorn.
"Cara berpikir yang visioner sangat lah penting agar kita tidak hanya menjadi pasar, tetapi, juga menjadi pemain utama pada kontestasi baik di tingkat regional maupun global," kata Johnny.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
"Intensifikasi transformasi digital berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan talenta digital. Talenta-talenta digital ini lah yang akan menjadi navigator utama penggerak ekosistem digital," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, dalam video sambutan pada acara The National Digital Talent Program di Yogyakarta, Selasa.
Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership Academy merupakan program reguler Kementerian Kominfo sejak beberapa tahun belakangan. Tahun ini, kementerian tersebut membuka kuota 200.000 peserta untuk pelatihan teknis antara lain bidang komputasi awan, kecerdasan buatan mahadata dan keamanan siber.
Baca juga: Kemenkominfo "take down" hampir seluruh hoaks soal COVID-19 di medsos
Untuk tahun ini, DTS terdiri dari tujuh akademi yaitu Vocational School Graduate Academy, Government Transformation Academy, Digital Entrepreneurship Academy, Professional Academy. Thematic Academy, Fresh Graduate Academy dan Talent Scouting.
Sementara program Digital Leadershp Academy, dibuka untuk para pengambil kebijakan digital baik di sektor pemerintah maupun swasta. Kominfo memberikan kuota 550 kursi untuk tahun ini.
Seperti program sebelumnya, Digital Leadership Academy tahun ini bekerja sama dengan delapan universitas mancanegara, beberapa di antaranya adalah Tsinghua University, Harvard Kennedy School, Oxford University dan National University of Singapore.
Program beasiswa ini dibuat untuk mencetak talenta digital Indonesia karena terdapat kesenjangan antara ketersediaan talenta dengan kebutuhan, baik secara nasional maupun kawasan Asia Pasifik.
Pada tingkat nasional, Kominfo menemukan setidaknya 50 persen talenta memiliki keterampilan digital tingkat dasar dan menengah. Talenta digital yang memiliki kemampuan tingkat lanjutan berjumlah kurang dari 1 persen.
Di kawasan Asia Pasifik, dikatakan Johnny, lebih dari 50 persen CEO kesulitan merekrut talenta digital dengan keterampilan yang tepat. Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami defisit sekitar 47 juta talenta digital pada 2030.
"Tentu kesenjangan ini harus disikapi serius. Apalagi kita ingin menciptakan Indonesia yang kompetitif di kancah global," kata Johnny.
Talenta digital juga harus dilihat dari segi potensi, bahwa Indonesia memiliki potensi digital yang besar karena memiliki ribuan perusahaan rintisan (startup). Indonesia saat ini mencetak satu startup decacorn dan delapan unicorn.
"Cara berpikir yang visioner sangat lah penting agar kita tidak hanya menjadi pasar, tetapi, juga menjadi pemain utama pada kontestasi baik di tingkat regional maupun global," kata Johnny.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022