Kondisi abutmen atau Pondasi Pangkal Jembatan di wilayah Desa Simataniari, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan terlihat mengancam dampak kikisan air sungai atau erosi.
Untuk mengantisipasi agar kerusakan abutmen tidak bertambah parah ratusan warga bergotong royong menormalisasi Sungai Sangkunur dengan cara menutup aliran air menuju jembatan dengan cara menimbun karung pasir.
"Kesepakatan dengan warga aliran irigasi Aek Sonbaon Simataniari ditutup sementara guna menyelamatkan pondasi jembatan itu," kata Habibullah Harahap, Kepala Desa Simataniari menghubungi ANTARA, Jumat (25/2).
Baca juga: Positif COVID-19 di Tapsel bertambah, total sudah 39 dan semuanya sudah divaksin
Menurutnya pondasi abutmen selebar lebih kurang 3-4 meter itu terlihat mulai menggantung. Khawatir kalau aliran air yang masuk dari Sungai Sangkunur tidak ditutup atau dibiarkan keadaan bisa berubah semakin parah.
"Jembatan sepanjang enam delapan meter itu vital menghubungkan akses jalan keluar masuk dari Sibara-Bara (terdiri dari Kampung Setia dan Muara Pardomuan) dihuni sekitar 169 kepala keluarga menuju Desa Simataniari maupun sebaliknya," jelasnya.
Selain menutup aliran masuk air arah Sungai Sangkunur menuju abutmen jembatan yang berjarak lebih kurang 40 meter itu, masyarakat juga bergotong royong membersihkan batang-batang kayu sepanjang aliran sungai.
"Batang-batang kayunya cukup banyak dan besar-besar. Kami menggunakan parang dan chainsaw membersihkannya. Mudah-mudahan aliran sungai semakin lancar dan abutman bisa terselamatkan," kata Habibullah.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Untuk mengantisipasi agar kerusakan abutmen tidak bertambah parah ratusan warga bergotong royong menormalisasi Sungai Sangkunur dengan cara menutup aliran air menuju jembatan dengan cara menimbun karung pasir.
"Kesepakatan dengan warga aliran irigasi Aek Sonbaon Simataniari ditutup sementara guna menyelamatkan pondasi jembatan itu," kata Habibullah Harahap, Kepala Desa Simataniari menghubungi ANTARA, Jumat (25/2).
Baca juga: Positif COVID-19 di Tapsel bertambah, total sudah 39 dan semuanya sudah divaksin
Menurutnya pondasi abutmen selebar lebih kurang 3-4 meter itu terlihat mulai menggantung. Khawatir kalau aliran air yang masuk dari Sungai Sangkunur tidak ditutup atau dibiarkan keadaan bisa berubah semakin parah.
"Jembatan sepanjang enam delapan meter itu vital menghubungkan akses jalan keluar masuk dari Sibara-Bara (terdiri dari Kampung Setia dan Muara Pardomuan) dihuni sekitar 169 kepala keluarga menuju Desa Simataniari maupun sebaliknya," jelasnya.
Selain menutup aliran masuk air arah Sungai Sangkunur menuju abutmen jembatan yang berjarak lebih kurang 40 meter itu, masyarakat juga bergotong royong membersihkan batang-batang kayu sepanjang aliran sungai.
"Batang-batang kayunya cukup banyak dan besar-besar. Kami menggunakan parang dan chainsaw membersihkannya. Mudah-mudahan aliran sungai semakin lancar dan abutman bisa terselamatkan," kata Habibullah.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022