Pengamat Komunikasi Pendidikan, Zulfikar mengatakan bersosialisasi di dunia maya ataupun nyata tentu harus ada etika.
Hal itu ia sampaikan pada webiner Literasi Digital pada sesi Etika Digital untuk Padang Lawas Utara, Sabtu (31/7).
Ia mengatakan masyarakat tidak bisa seenaknya berperilaku, berbicara atau menulis kata-kata, apalagi sampai menyinggung SARA.
Setiap orang punya latar belakang budaya yang berbeda, hormati itu dan jangan pernah menghina ataupun merendahkan.
Baca juga: Pahami perbedaaan hoaks dan cracker
Di era teknologi ini banyak orang mendapat informasi sepihak tanpa memvalidasi keabsahannya terlebih dahulu.
Kebiaasaan mengutip unggahan dan infomasi yang terpotong masih menjadi fenomena. Semestinya penyampaian informasi itu harus disertai dengan data dan fakta yang valid.
Kebiasaan yang harus dilakukan sebelum berekspresi, meliputi memahami masalah, membudayakan baca dan pahami isi, mencari validasi data dan fakta, mengkaji dampaknya, menyusun redaksi yang beretika, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar serta mudah dipahami.
Bebas namun terbatas, dengan cara menjaga etika, menggunakan bahasa yang baik, kritik konstruktif dan tidak provokatif, serta memahami substansi masalah dan aktual.
E-Commerce dan Strategic Marketing Spesialist, Kevin Suteja, pada sesi Kecakapan Digital, mengatakan, pandemi membuat masyarakat membeli seluruh kebutuhannya melalui online di marketplace.
Barang yang paling banyak dicari di e-commerce ialah, pakaian dan produk kecantikan, elektronik, serta travel dan akomodasi.
Nilai inti agar jualan laku dan sukses antara lain, trafific, iklan yang ada pada setiap e-commerce dipergunakan untuk promosi jualan dengan maksimal, ukuran keranjang, serta tingkat konversi.
Dilanjutkan dengan sesi Keamanan Digital oleh Tiro Sanchabactiar (Founder Planet Design Indonesia). Tiro mengangkat tema “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital:
Tiro menjelaskan jejak digital adalah adalah segala sesuatu informasi yang tampil di dunia maya tentang seseorang yang dimuat oleh orang tersebut sendiri atau oleh pihak lain, baik sengaja atau tidak disengaja.
Sekali informasi tersebut tampil di dunia maya, maka materi informasi akan berada di sana tanpa bisa ditarik kembali, Abadi.
Ragam jejak digital, meliputi, membaca peta google maps dan waze, main games dan merespon kuis, serta browsing record, seperti porno, radikal, hiburan, dan pendidikan.
Sifat jejak digital, antara lain abadi atau tidak bisa dihapus, bisa kembali diakses di perangkat, situs atau aplikasi yang telah lama tidak aktif, dapat diubah dengan bentuk lain dari foto menjadi video, serta sekali dibagikan satu kali, dapat dibagikan berulang kali sampai ratusan hingga ribuan kali.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Hal itu ia sampaikan pada webiner Literasi Digital pada sesi Etika Digital untuk Padang Lawas Utara, Sabtu (31/7).
Ia mengatakan masyarakat tidak bisa seenaknya berperilaku, berbicara atau menulis kata-kata, apalagi sampai menyinggung SARA.
Setiap orang punya latar belakang budaya yang berbeda, hormati itu dan jangan pernah menghina ataupun merendahkan.
Baca juga: Pahami perbedaaan hoaks dan cracker
Di era teknologi ini banyak orang mendapat informasi sepihak tanpa memvalidasi keabsahannya terlebih dahulu.
Kebiaasaan mengutip unggahan dan infomasi yang terpotong masih menjadi fenomena. Semestinya penyampaian informasi itu harus disertai dengan data dan fakta yang valid.
Kebiasaan yang harus dilakukan sebelum berekspresi, meliputi memahami masalah, membudayakan baca dan pahami isi, mencari validasi data dan fakta, mengkaji dampaknya, menyusun redaksi yang beretika, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar serta mudah dipahami.
Bebas namun terbatas, dengan cara menjaga etika, menggunakan bahasa yang baik, kritik konstruktif dan tidak provokatif, serta memahami substansi masalah dan aktual.
E-Commerce dan Strategic Marketing Spesialist, Kevin Suteja, pada sesi Kecakapan Digital, mengatakan, pandemi membuat masyarakat membeli seluruh kebutuhannya melalui online di marketplace.
Barang yang paling banyak dicari di e-commerce ialah, pakaian dan produk kecantikan, elektronik, serta travel dan akomodasi.
Nilai inti agar jualan laku dan sukses antara lain, trafific, iklan yang ada pada setiap e-commerce dipergunakan untuk promosi jualan dengan maksimal, ukuran keranjang, serta tingkat konversi.
Dilanjutkan dengan sesi Keamanan Digital oleh Tiro Sanchabactiar (Founder Planet Design Indonesia). Tiro mengangkat tema “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital:
Tiro menjelaskan jejak digital adalah adalah segala sesuatu informasi yang tampil di dunia maya tentang seseorang yang dimuat oleh orang tersebut sendiri atau oleh pihak lain, baik sengaja atau tidak disengaja.
Sekali informasi tersebut tampil di dunia maya, maka materi informasi akan berada di sana tanpa bisa ditarik kembali, Abadi.
Ragam jejak digital, meliputi, membaca peta google maps dan waze, main games dan merespon kuis, serta browsing record, seperti porno, radikal, hiburan, dan pendidikan.
Sifat jejak digital, antara lain abadi atau tidak bisa dihapus, bisa kembali diakses di perangkat, situs atau aplikasi yang telah lama tidak aktif, dapat diubah dengan bentuk lain dari foto menjadi video, serta sekali dibagikan satu kali, dapat dibagikan berulang kali sampai ratusan hingga ribuan kali.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021