Dosen Universitas Gunadarma Dr I Made Wiryana pada webiner Literasi Digital untuk Padangsidimpuan, Senin (26/7) pada sesi Keamanan Digital mengangkat tema “Pahami perbedaan Hoaks dan Cracker".

Made membahas hacker merupakan seseorang dengan keingintahuan besar dan rasa penasaran terhadap hal teknis yang berperan dalam perkembangan teknologi komputer membuat perangkat lunak, seperti desain chip dan desain komputer baru. 

Perbedaan tipis antara hacker dan cracker, karena motifnya dinilai positif, dengan menggunakan alat bantu dan teknologi yang sama. Motif, dampak serta proses pengungkapan celah keamanan yang berbeda. Perbedaan hacker dan cracker.

Baca juga: Mengenalkan budaya melalui literasi digital

Antara lain hacker tidak pernah merusak data sedangkan cracker menghapus atau mengganti data, hacker professional dalam menjaga kode etik sedangkan cracker tidak menjaga kode etik.

Serta hacker fokus utama adalah memanfaatkan celah pada sistem target dan  mendapatkan akses, sedangkan cracker fokus utama adalah mencuri, memecahkan password,  melakukan brutefore, dan reverse engineering dan sosial engineering.

Perbedaan pola kerja hacker dan cracker, meliputi hacker menggunakan beragam teknis dan perangkat untuk “menembus” sistem, bila perlu membuat software/tools baru dan berusaha sesedikit mungkin meninggalkan jejak yang terlihat. Penasaran teknis lebih diutamakan. 

Sedangkan, cracker tujuan utama adalah target sebanyak-banyaknya yang bisa ditembus dan sering meninggalkan jejak sebagai upaya pamer keberhasilan.

Sementara Pengurus Forum Masyarakat Literasi Labuhanbatu, Kresno Broto, menjelaskan literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi dan jaringan internet. 

Tujuan implementasi kompetensi literasi digital di sekolah ialah menedukasi warga sekolah, baik guru maupun siswa dalam memanfaatkan perangkat digital dan alat-alat komunikasi atau jaringan guna menemukan, mengevaluasi, menggunakan, dan membuat informasi secara bijak dan kreatif. 

Tantangan terbesar dalam penerapan literasi informasi di sekolah berasal dari internal di sekolah,diantaranya kemampuan guru di bidang literasi yang kurang memadai dan belum adanya kebijakan sekolah tentang program literasi informasi.

Pewarta: Rilis

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021