Hujan yang mengguyur sebagian wilayah di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) pada Rabu (18/8) kemarin sempat membuat sejumlah desa yang ada di kabupaten tersebut tergenang banjir dan membuat sejumlah sungai meluap.
Begitu juga di wilayah Siulang Aling Desa Lubuk Kapundung II Kecamatan Muara Batang Gadis.
Akibat tingginya curah hujan tersebut, juga meninggalkan persoalan tersendiri bagi warga masyarakat yang ada di desa itu.
Pasalnya, luapan sungai Muara Parlampungan telah mengakibatkan erosi sungai di sepanjang desa itu.
Para warga yang bermukim di sepanjang bantaran sungai saat ini juga sudah menjadi resah karena rumah-rumah mereka terancam ambruk akibat terkikis oleh sungai.
Tebing sungai yang selama ini diharapkan jadi pertahanan terakhir rumah warga saat ini kondisinya juga semakin mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan segera dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.
"Pemukiman warga di Desa Lubuk Kapundung saat ini terancam akibat erosi sungai Muara Parlampungan. Kondisinya semakin parah dan membutuhkan penanganan segera dari pihak pemerintah," sebut Ketua Fraksi Golkar DPRD Madina, Arsidin Batubara kepada ANTARA, Minggu (21/8).
Agar kedepan tidak terjadi kerugian yang lebih parah lagi, anggota DPRD putra Muara Batang Gadis ini meminta pemerintah khususnya BPBD agar segera mengusulkan perbaikan dan penanganan terlebih kondisi cuaca belakangan ini semakin tidak terprediksi.
"Curah hujan yang semakin tinggi membuat kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat sekitar Siulang Aling khususnya desa Lubuk Kapundung II. Kita meminta kepada Pemda untuk melakukan tindakan antisipatif dan rehabilitatif agar kerugian di pihak masyarakat yang lebih parah dapat terhindari dan teratasi segera," katanya.
Kata Arsidin, jika pemerintah memaknai keselamatan warga sebagai hukum tertinggi, maka saatnya pemerintah mengambil langkah cepat dan konkrit dengan penggunaan mekanisme dana Tidak Terduga (TT).
"Penggunaan mekanisme dana tidak terduga dalam persoalan ini adalah sesuatu hal yang sangat memungkinkan," jelas dia. Sementara itu, Kepala Desa Lubuk Kapundung II, Adnan Lubis menyebutkan, banjir yang terjadi pada Rabu malam itu selain membuat bronjong di pinggir sungai menjadi roboh juga sempat menggenangi pemukiman warga.
"Ketinggian airnya waktu itu mencapai 50 centimeter. Disini kan warganya bermukim dibantaran sungai. Kalau bronjong tidak dibangun segera sungai akan mengarah ke pemukiman," terang Kades.
Mengingat tekstur tanah yang berpasir dan jarak pemukiman warga dengan sungai sudah dekat apalagi dikondisi cuaca seperti saat ini yang tidak menentu, Kades berharap kepada pemerintah agar mengambil langkah dengan melakukan pemasangan bronjong sepanjang 70 meter.
"Agar kekhawatiran warga tidak semakin memburuk diharapkan pembangunan bronjong sepanjang 70 meter," pinta Adnan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Begitu juga di wilayah Siulang Aling Desa Lubuk Kapundung II Kecamatan Muara Batang Gadis.
Akibat tingginya curah hujan tersebut, juga meninggalkan persoalan tersendiri bagi warga masyarakat yang ada di desa itu.
Pasalnya, luapan sungai Muara Parlampungan telah mengakibatkan erosi sungai di sepanjang desa itu.
Para warga yang bermukim di sepanjang bantaran sungai saat ini juga sudah menjadi resah karena rumah-rumah mereka terancam ambruk akibat terkikis oleh sungai.
Tebing sungai yang selama ini diharapkan jadi pertahanan terakhir rumah warga saat ini kondisinya juga semakin mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan segera dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.
"Pemukiman warga di Desa Lubuk Kapundung saat ini terancam akibat erosi sungai Muara Parlampungan. Kondisinya semakin parah dan membutuhkan penanganan segera dari pihak pemerintah," sebut Ketua Fraksi Golkar DPRD Madina, Arsidin Batubara kepada ANTARA, Minggu (21/8).
Agar kedepan tidak terjadi kerugian yang lebih parah lagi, anggota DPRD putra Muara Batang Gadis ini meminta pemerintah khususnya BPBD agar segera mengusulkan perbaikan dan penanganan terlebih kondisi cuaca belakangan ini semakin tidak terprediksi.
"Curah hujan yang semakin tinggi membuat kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat sekitar Siulang Aling khususnya desa Lubuk Kapundung II. Kita meminta kepada Pemda untuk melakukan tindakan antisipatif dan rehabilitatif agar kerugian di pihak masyarakat yang lebih parah dapat terhindari dan teratasi segera," katanya.
Kata Arsidin, jika pemerintah memaknai keselamatan warga sebagai hukum tertinggi, maka saatnya pemerintah mengambil langkah cepat dan konkrit dengan penggunaan mekanisme dana Tidak Terduga (TT).
"Penggunaan mekanisme dana tidak terduga dalam persoalan ini adalah sesuatu hal yang sangat memungkinkan," jelas dia. Sementara itu, Kepala Desa Lubuk Kapundung II, Adnan Lubis menyebutkan, banjir yang terjadi pada Rabu malam itu selain membuat bronjong di pinggir sungai menjadi roboh juga sempat menggenangi pemukiman warga.
"Ketinggian airnya waktu itu mencapai 50 centimeter. Disini kan warganya bermukim dibantaran sungai. Kalau bronjong tidak dibangun segera sungai akan mengarah ke pemukiman," terang Kades.
Mengingat tekstur tanah yang berpasir dan jarak pemukiman warga dengan sungai sudah dekat apalagi dikondisi cuaca seperti saat ini yang tidak menentu, Kades berharap kepada pemerintah agar mengambil langkah dengan melakukan pemasangan bronjong sepanjang 70 meter.
"Agar kekhawatiran warga tidak semakin memburuk diharapkan pembangunan bronjong sepanjang 70 meter," pinta Adnan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021