Tim Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menciptakan inovasi berupa permen pereda batuk yang diberi nama Anticorona.
Saat ditemui di Laboratorium Farmasi UMP, Rabu (4/8), Ketua Tim Mahasiswa Farmasi UMP Risti Ainun Nisa mengatakan inovasi berupa permen Anticorona itu telah diikutsertakan dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Baca juga: Tenaga kesehatan di Medan mulai disuntik vaksin dosis ketiga
Menurut dia, anggota tim Farmasi UMP yang mengikuti ajang PKM terdiri atas Ryan Wody Prawidasary (mahasiswi semester 7), Aldy Tri Renaldy (mahasiswa semester 7), Angelia Yuliana Safitri (mahasiswi semester 7), dan Uzma Eliyanti (mahasiswi semester 5).
"Saat mau mengusulkan proposal untuk PKM sudah terjadi pandemi (COVID-19). Salah satu gejala COVID-19 adalah batuk. Kebetulan salah satu rekan kami kalau sedang batuk, dia makan bawang merah yang dipotong," kata mahasiswi semester 7 itu.
Baca juga: Waka Polri apresiasi warga Menteng Indah Medan tangani COVID-19
Oleh karena tanpa campuran apapun, kata dia, bawang merah yang dimanfaatkan untuk meredakan batuk itu terasa tidak enak dan baunya tidak sedap.
Atas dasar testimoni tersebut, tim mahasiswa Farmasi melakukan studi literatur untuk mencari kebenaran mengenai khasiat bawang merah sebagai pereda batuk.
"Setelah kami melakukan studi literatur, beberapa hasil yang kami dapatkan itu terbukti bahwa bawang merah berkhasiat sebagai pereda batuk. Namun, karena rasa dan baunya tidak enak, banyak masyarakat yang kurang suka," kata Risti.
Terkait dengan hal itu, pihaknya mencoba berinovasi dengan membuat permen berbahan baku utama bawang merah dan madu yang selanjutnya diberi nama Anticorona.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Tim Mahasiswa Farmasi UMP Dr Indri Hapsari MSi Apt mengatakan permen Anticorona tersebut terbuat dari bawang merah yang diekstraksi dan selanjutnya dicampur dengan madu serta diberi perisa lemon atau pepermin.
"Permen Anticorona ini sebenarnya singkatan dari anti cough from onion, yakni pereda batuk atau pelega tenggorokan yang terbuat dari bawang merah," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut, dia mengatakan bawang merah diketahui mengandung allicin yang bisa digunakan sebagai antibakteri, sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat untuk meredakan batuk atau gatal pada tenggorokan.
Akan tetapi, kata dia, pemanfaatan bawang merah sebagai pereda batuk itu masih secara murni, misalnya ditumbuk untuk diambil airnya.
"Madu juga bagus untuk kesehatan. Jadi, kami kombinasikan antara ekstrak bawang merah dan madu tanpa adanya pengawet," katanya.
Menurut dia, permen Anticorona yang merupakan inovasi Tim Mahasiswa Farmasi UMP telah lolos dalam ajang PKM, sehingga kegiatannya didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek.
Indri mengatakan PKM yang dibuat Tim Mahasiswa Farmasi UMP merupakan salah satu bentuk kewirausahaan dengan membuat produk untuk dipasarkan.
"Nanti akan kami lihat antusias masyarakat bagaimana. Kalau nanti antusiasnya baik, nanti akan kami coba untuk diproduksi," katanya.
Kendati belum diproduksi secara massal, dia mengakui banyak masyarakat, mahasiswa, maupun alumni UMP yang memesan permen Anticorona tersebut.
Bahkan, kata dia, alumni Fakultas Farmasi UMP yang kebanyakan berprofesi sebagai apoteker juga banyak yang memesan permen Anticorona untuk dijual di apoteknya.
Saat ditanya mengenai harga jual, dia mengatakan pihaknya menjual permen tersebut dengan harga Rp9.000 per bungkus isi lima butir.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Saat ditemui di Laboratorium Farmasi UMP, Rabu (4/8), Ketua Tim Mahasiswa Farmasi UMP Risti Ainun Nisa mengatakan inovasi berupa permen Anticorona itu telah diikutsertakan dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Baca juga: Tenaga kesehatan di Medan mulai disuntik vaksin dosis ketiga
Menurut dia, anggota tim Farmasi UMP yang mengikuti ajang PKM terdiri atas Ryan Wody Prawidasary (mahasiswi semester 7), Aldy Tri Renaldy (mahasiswa semester 7), Angelia Yuliana Safitri (mahasiswi semester 7), dan Uzma Eliyanti (mahasiswi semester 5).
"Saat mau mengusulkan proposal untuk PKM sudah terjadi pandemi (COVID-19). Salah satu gejala COVID-19 adalah batuk. Kebetulan salah satu rekan kami kalau sedang batuk, dia makan bawang merah yang dipotong," kata mahasiswi semester 7 itu.
Baca juga: Waka Polri apresiasi warga Menteng Indah Medan tangani COVID-19
Oleh karena tanpa campuran apapun, kata dia, bawang merah yang dimanfaatkan untuk meredakan batuk itu terasa tidak enak dan baunya tidak sedap.
Atas dasar testimoni tersebut, tim mahasiswa Farmasi melakukan studi literatur untuk mencari kebenaran mengenai khasiat bawang merah sebagai pereda batuk.
"Setelah kami melakukan studi literatur, beberapa hasil yang kami dapatkan itu terbukti bahwa bawang merah berkhasiat sebagai pereda batuk. Namun, karena rasa dan baunya tidak enak, banyak masyarakat yang kurang suka," kata Risti.
Terkait dengan hal itu, pihaknya mencoba berinovasi dengan membuat permen berbahan baku utama bawang merah dan madu yang selanjutnya diberi nama Anticorona.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Tim Mahasiswa Farmasi UMP Dr Indri Hapsari MSi Apt mengatakan permen Anticorona tersebut terbuat dari bawang merah yang diekstraksi dan selanjutnya dicampur dengan madu serta diberi perisa lemon atau pepermin.
"Permen Anticorona ini sebenarnya singkatan dari anti cough from onion, yakni pereda batuk atau pelega tenggorokan yang terbuat dari bawang merah," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut, dia mengatakan bawang merah diketahui mengandung allicin yang bisa digunakan sebagai antibakteri, sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat untuk meredakan batuk atau gatal pada tenggorokan.
Akan tetapi, kata dia, pemanfaatan bawang merah sebagai pereda batuk itu masih secara murni, misalnya ditumbuk untuk diambil airnya.
"Madu juga bagus untuk kesehatan. Jadi, kami kombinasikan antara ekstrak bawang merah dan madu tanpa adanya pengawet," katanya.
Menurut dia, permen Anticorona yang merupakan inovasi Tim Mahasiswa Farmasi UMP telah lolos dalam ajang PKM, sehingga kegiatannya didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek.
Indri mengatakan PKM yang dibuat Tim Mahasiswa Farmasi UMP merupakan salah satu bentuk kewirausahaan dengan membuat produk untuk dipasarkan.
"Nanti akan kami lihat antusias masyarakat bagaimana. Kalau nanti antusiasnya baik, nanti akan kami coba untuk diproduksi," katanya.
Kendati belum diproduksi secara massal, dia mengakui banyak masyarakat, mahasiswa, maupun alumni UMP yang memesan permen Anticorona tersebut.
Bahkan, kata dia, alumni Fakultas Farmasi UMP yang kebanyakan berprofesi sebagai apoteker juga banyak yang memesan permen Anticorona untuk dijual di apoteknya.
Saat ditanya mengenai harga jual, dia mengatakan pihaknya menjual permen tersebut dengan harga Rp9.000 per bungkus isi lima butir.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021