Pemkab Dairi, Sumatera Utara, berkomitmen untuk melaksanakan aksi konvergensi penurunan stunting terkait ditetapkannya daerah itu sebagai salah satu lokasi fokus (lokus) penanganan penyakit kerdil tersebut.

Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Dairi, Koko M Angkat di Sidikalang, Selasa, mengatakan, ada sembilan organisasi perangkat daerah dalam upaya penurunan stunting di Kabupaten Dairi.

Kemudian terkait penentuan lokasi fokus untuk stunting di tahun 2021, ada sekitar 25 desa yang menjadi lokus stunting. Sementara di tahun 2020, ada 20 desa.

Baca juga: Bupati Dairi terima kunjungan PABDSI

"Sehingga untuk tahun 2021 ada 45 desa yang akan menjadi lokus intervensi penurunan stunting di Kabupaten Dairi tahun 2021," katanya.

Sementara Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Dairi, dr Edison Antoni Damanik, mengatakan pihaknya terus melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat khususnya yang mempunyai balita, Ibu hamil dan ibu melahirkan.

Stunting ini dimulai sejak dalam kandungan hingga anak balita. Oleh karena itu, untuk melakukan penurunan stunting ini dimana sejak ibu hamil harus aktif melakukan pemeriksaan kemudian pemberian tablet tambah darah sehingga tidak ada ibu hamil yang anemia.

Sesudah melahirkan, anak yang dilahirkan harus mendapatkan ASI eksklusif selama 0-6 bulan. Setelah 6 bulan, anak balita harus mendapatkan ASI disertai dengan PMT atau makanan pendamping ASI.

Pihaknya juga menyampaikan harapan kepada orangtua agar merubah perilaku menjaga kebersihan, melakukan perbaikan pola asuh terhadap anak, menjaga lingkungan sehingga penderita anak cacingan bagi anak balita itu bisa diturunkan atau bahkan dihilangkan.

"Itulah yang kita harapkan partisipasi dari setiap orang tua atau masyarakat supaya setiap anak yang lahir tidak mengalami stunting," katanya.

Pewarta: Juraidi

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021