Bandrek WD Anugerah yang merupakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) binaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV, saat ini pemasarannya bukan hanya di Sumatera Utara, namun sudah merambah sejumlah daerah di Indonesia.
 
Bandrek WD Anugrah ini merupakan produksi dari Dra Sri Handayani yang berlokasi di Jalan Gunung Semeru, Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai, Sumatera Utara.
 
Bandrek buatannya ini berbahan dasar yang berbeda, yaitu dari jahe merah. Jahe merah ini sengaja dipilih untuk membedakan produk bandrek lainnya, yang biasanya dibuat dari jahe putih atau jahe biasa.

Baca juga: Usaha penjahit baju di Medan masih bertahan bagus
 
"Kita juga campur dengan rempah-rempah asli tanaman yang mengandung khasiat dan manfaat sebagai penambah daya tahan tubuh dan pengobatan, seperti cengkeh, kapulaga, gula aren, gula putih, pandan dan sereh," kata Sri, Rabu.
 
Bandrek ini diproduksi dengan cara serbuk instan dan permen yang bertujuan agar para penikmat minuman tradisional khas dari Sunda, Jawa Barat ini, dapat mencicipi dan menikmati kapan saja, karena kemasannya yang praktis dan tidak menyita tempat.
 
Usaha bandrek jahe merah ini sudah digeluti Sri sejak tahun 2017. Ia terinspirasi dari pasangan suami istri (pasutri) yang berhasil membiayai kuliah lima orang anaknya dengan usaha bandrek.
 
"Liat mereka saat menonton televisi, saya termotivasi. Kemudian saya buat percobaan selama enam bulan hingga akhirnya jadi bandrek WD Anugrah ini," katanya.
 
Proses pembuatan bandrek jahe merah ini memakan waktu sekitar lima jam, mulai dari mengupas kulit jahe yang kemudian digiling dalam mesin penggiling.
 
Air jahe hasil dari gilingan tersebut selanjutnya dimasak bersama dengan rempah-rempah lainnya selama kurang lebih tiga jam.
 
Setelah mengering, bahan-bahan tersebut kemudian dijemur lalu disaring dan mulai dimasukkan ke dalam kemasan.
 
Untuk kemasan kotak yang berukuran besar, berisikan 10 buat saset serbuk bandrek. Sementara untuk kotak kecil, berisikan lima saset serbuk.
 
"Pada saat penyaringan inilah ada yang halus dan ada yang berbentuk bulatan-bulatan kecil. Bulatan-bulatan ini saya masukkan ke toples, jadi seperti permen," katanya.
 
Dalam satu bulan, produksi serbuk bandrek buatan sri ini mencapai 250 hingga 300 kilogram per bulan. 
 
"Itu sebelum pandemi COVID-19. Pada saat pandemi ini, produksi enggak sampai 100 kilogram per bulan," katanya.
 
Sri mengatakan bandrek buatannya ini sudah merambah ke sejumlah daerah di Indonesia, seperti Papua, Nusa Tenggara Timut (NTT), Jakarta dan Aceh.
 
Selain itu, ada juga sejumlah wisatawan mancanegara yang langsung datang untuk membeli serbuk jahe tersebut.
 
"Biasa turis-turis yang mau liburan ke Tangkahan, mereka ke sini dulu beli bandrek saya, tetapi mereka dibawa oleh tour guidenya," katanya.
 
Ia berharap bandrek buatannya itu lebih berkembang dan dapat merambah pasar trasional.
 
"Berharapnya ini bisa lebih maju dan bisa dipasarkan ke luar negeri," katanya.

Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021