Presiden AS terpilih Joe Biden pada Selasa memimpin peringatan nasional pada malam pelantikan untuk menghormati 400.000 orang Amerika yang telah meninggal karena COVID-19.

Peringatan nasional itu terjadi beberapa jam sebelum Presiden Donald Trump akan meninggalkan Gedung Putih untuk terakhir kalinya dan menyerahkan kursi kepemimpinan AS.

AS saat ini dilanda krisis kesehatan masyarakat terbesar, kehancuran ekonomi dan pergolakan politik yang hebat.

Baca juga: Blinken: Joe Biden akan akui Guaido sebagai pemimpin Venezuela

Upacara yang dipelopori oleh Biden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris dari markas Lincoln Memorial menandai pejabat pertama pemerintah federal yang memberikan penghormatan kepada  korban tewas akibat pandemi.

"Untuk menyembuhkan, kita harus ingat. Terkadang sulit untuk mengingat, tapi begitulah cara kita menyembuhkan. Penting untuk melakukan itu sebagai sebuah bangsa," kata Biden saat memulai penghormatan yang mencakup peringatan di kota-kota di seluruh negeri.

Saat dia berbicara, 400 lampu yang berjejer di sisi Kolam Refleksi Lincoln Memorial menyala dengan terang untuk menghormati nyawa yang hilang, diiringi lagu "Hallelujah" yang dinyanyikan Yolanda Adams, kemudian hening sejenak.

Perawat rumah sakit Michigan, Lori Marie Key menyanyikan "Amazing Grace" sebelum Biden naik podium. Setelah dia berbicara, sekitar 4 mil (6,5 km) jauhnya, lonceng Katedral Nasional berdentang 400 kali.

"Meskipun kami mungkin terpisah secara fisik, kami orang Amerika bersatu dalam semangat," kata Harris sebelum memperkenalkan Key. "Doa saya yang teguh adalah agar kita keluar dari cobaan berat dengan hikmah baru - untuk menghargai saat-saat sederhana, membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru dan untuk sedikit lebih membuka hati kita satu sama lain."

Amerika Serikat pada Selasa melampaui 24 juta infeksi COVID-19 yang diketahui dan 400.000 nyawa hilang sejak kematian COVID-19 pertama yang didokumentasikan di negara itu pada Februari 2020, menurut penghitungan Reuters.

Negara ini memiliki rata-rata lebih dari 200.000 kasus baru dan 3.220 kematian sehari selama seminggu terakhir, dan memiliki angka kematian COVID-19 tertinggi di dunia.

Kehilangan nyawa yang tak henti-hentinya telah menempatkan beban khusus pada para tenaga kesehatan saat pandemi.

"Anda dikelilingi oleh semua penyakit mengerikan yang tidak dapat Anda perbaiki - setiap saat," kata Dr Mangala Narasimhan, yang mengawasi tim ICU untuk rumah sakit Northwell Health, penyedia layanan kesehatan terbesar di negara bagian New York.

"Ini benar-benar beban mental yang sangat besar pada tenaga kerja perawatan intensif, melakukan ini hari demi hari selama hampir satu tahun sekarang," katanya kepada Reuters.

Prioritas tertinggi Biden

Pejabat dari Miami hingga San Diego merencanakan tampilan pencahayaan khusus dari gedung-gedung terkemuka untuk upacara hari Rabu.

Di antara simbol kota yang berpartisipasi adalah gedung Empire State di New York City dan Space Needle di Seattle, kata komite pengukuhan Biden.

Komite tersebut mengatakan bahwa pihaknya mendorong orang Amerika untuk menyalakan lilin di jendela dan membunyikan lonceng gereja untuk menunjukkan persatuan.

Biden telah berjanji untuk menjadikan bantuan virus corona sebagai prioritas utama setelah menjabat pada hari Rabu di bawah langkah-langkah keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di ibu kota negara.

Banyak dari rencana kebijakannya bertentangan dengan pendekatan pemerintahan Trump terhadap pandemi.

Rencana Biden termasuk kewajiban penggunaan masker yang akan berlaku di gedung-gedung pemerintah, pesawat dan bus, serta komitmen ulang kepada Organisasi Kesehatan Dunia setelah AS yang dipimpin Trump keluar dari badan tersebut.

Biden juga menghadapi tugas berat untuk mengawasi kampanye vaksin COVID-19 nasional, upaya imunisasi terbesar dan paling kompleks dalam sejarah AS.

Dia telah berjanji untuk memvaksinasi 100 juta orang Amerika dalam 100 hari pertama menjabat.

Sumber : Reuters

Pewarta: Azis Kurmala

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021