Facebook dan TikTok telah memblokir tanda pagar atau tagar yang digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah dan teori konspirasi tentang pemilihan presiden AS.
Tagar tersebut umumnya berkisar tentang klaim yang tidak berdasar bahwa Demokrat mencoba memanipulasi pemilu untuk mengalahkan Presiden Trump, dikutip dari The Verge, Sabtu.
Di Facebook, tagar yang diblokir termasuk #stopthesteal, yang telah digunakan secara luas untuk membuat klaim manipulasi pemilu yang tidak berdasar oleh Demokrat, dan #sharpiegate, yang secara keliru menuduh bahwa penggunaan penanda Sharpie menyebabkan suara Trump tidak terhitung di Arizona.
Sementara itu, TikTok memblokir #sharpiegate, #stopthesteal, dan istilah yang lebih umum #riggedelection.
Meskipun Twitter tampaknya tidak memblokir tagar teori konspirasi pemilu apa pun, perusahaan media sosial tersebut telah menambahkan label peringatan ke beberapa cuitan, yang menyebutkan bahwa cuitan itu kemungkinan berisi informasi yang tidak akurat.
Cuitan lainnya ditandai dengan pesan yang mendorong pembaca untuk mempelajari lebih lanjut tentang upaya keamanan pemilu.
Moderasi tagar yang berfokus pada teori konspirasi ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas oleh platform media sosial pekan ini untuk dengan cepat menghapus informasi yang salah seputar pemilu.
Twitter secara agresif memberi label pada cuitan Trump yang membuat klaim yang tidak berdasar atau salah tentang bagaimana total pemilihan dihitung.
Facebook telah menambahkan label serupa, dan telah memblokir grup berisi 300.000 orang bernama "Stop the Steal." Facebook juga mengatakan "melihat seruan yang mengkhawatirkan untuk melakukan kekerasan dari anggota grup tersebut."
TikTok mengatakan pemblokiran pada tagar tersebut adalah bagian dari "moderasi normal dan pendekatan terhadap informasi yang salah, perkataan yang mendorong kebencian, dan konten lain yang melanggar pedoman kami."
"Kedua tagar tersebut telah dihapus karena "konten dengan tagar ini sering kali melanggar kebijakan informasi kami yang menyesatkan," kata juru bicara TikTok kepada The Verge.
Twitter telah secara proaktif memantau tagar #StopTheSteal dan Tweet terkait sejak Selasa (3/11) dan terus melakukannya, menurut juru bicara kepada The Verge.
Twitter biasanya tidak memblokir tagar, namun mencegah tagar yang melanggar kebijakan konten perusahaan menjadi tren.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Tagar tersebut umumnya berkisar tentang klaim yang tidak berdasar bahwa Demokrat mencoba memanipulasi pemilu untuk mengalahkan Presiden Trump, dikutip dari The Verge, Sabtu.
Di Facebook, tagar yang diblokir termasuk #stopthesteal, yang telah digunakan secara luas untuk membuat klaim manipulasi pemilu yang tidak berdasar oleh Demokrat, dan #sharpiegate, yang secara keliru menuduh bahwa penggunaan penanda Sharpie menyebabkan suara Trump tidak terhitung di Arizona.
Sementara itu, TikTok memblokir #sharpiegate, #stopthesteal, dan istilah yang lebih umum #riggedelection.
Meskipun Twitter tampaknya tidak memblokir tagar teori konspirasi pemilu apa pun, perusahaan media sosial tersebut telah menambahkan label peringatan ke beberapa cuitan, yang menyebutkan bahwa cuitan itu kemungkinan berisi informasi yang tidak akurat.
Cuitan lainnya ditandai dengan pesan yang mendorong pembaca untuk mempelajari lebih lanjut tentang upaya keamanan pemilu.
Moderasi tagar yang berfokus pada teori konspirasi ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas oleh platform media sosial pekan ini untuk dengan cepat menghapus informasi yang salah seputar pemilu.
Twitter secara agresif memberi label pada cuitan Trump yang membuat klaim yang tidak berdasar atau salah tentang bagaimana total pemilihan dihitung.
Facebook telah menambahkan label serupa, dan telah memblokir grup berisi 300.000 orang bernama "Stop the Steal." Facebook juga mengatakan "melihat seruan yang mengkhawatirkan untuk melakukan kekerasan dari anggota grup tersebut."
TikTok mengatakan pemblokiran pada tagar tersebut adalah bagian dari "moderasi normal dan pendekatan terhadap informasi yang salah, perkataan yang mendorong kebencian, dan konten lain yang melanggar pedoman kami."
"Kedua tagar tersebut telah dihapus karena "konten dengan tagar ini sering kali melanggar kebijakan informasi kami yang menyesatkan," kata juru bicara TikTok kepada The Verge.
Twitter telah secara proaktif memantau tagar #StopTheSteal dan Tweet terkait sejak Selasa (3/11) dan terus melakukannya, menurut juru bicara kepada The Verge.
Twitter biasanya tidak memblokir tagar, namun mencegah tagar yang melanggar kebijakan konten perusahaan menjadi tren.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020