Universitas dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi yang tepat guna untuk menjawab kebutuhan dari tenaga kependidikan, dan mahasiswa selaku civitas akademik.
"Transformasi digital adalah proses perubahan keseluruhan budaya dan lingkungan pekerjaan dari lingkungan nondigital menjadi lingkungan digital, juga terjadi pada dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi," kata Dekan Fisip Universitas Sumatera Utara (USU) Dr. Muryanto Amin di Medan, Jumat (2/10).
Namun lanjut Muryanto, mengubah skema suatu universitas menjadi digital friendly university bukan pekerjaan yang mudah.
Sebab universitas yang memutuskan melakukan transformasi digital harus melibatkan tiga aspek yang saling mendukung, yaitu pengguna, sistem, dan lingkungan.
Baca juga: Rektor USU: Ujian seleksi Mandiri-Diploma telah digelar bersamaan
Komitmen pimpinan universitas (rektorat, senat akademik, dan majelis wali amanat) agar memerankan digital leadership, yaitu menjalankan strategi digital dengan memanfaatkan teknologi guna mencapai tujuan utama.
Teknologi dan alat yang digunakan harus memenuhi prinsip easy, simple, friendly, reliable, tepat sasaran, ramah lingkungan (green), smart, dan agile.
Baca juga: Gedung Fakultas Kehutanan USU di Deli Serdang diresmikan
Selanjutnya, dosen dan tenaga kependidikan harus bersahabat dengan teknologi agar menjadi agen digital transformation atau agen perubahan untuk mulai merealisasikan sebuah ide menjadi inovasi yang nyata.
“Sebagian besar universitas masih memanfaatkan media daring yang sudah tersedia untuk memperlancar proses pekerjaan dan perkuliahan karena dianggap lebih efisien,”ujarnya.
Tetapi sebut Muryanto, percepatan kemajuan teknologi menuntut perubahan dalam dunia pendidikan, sistem digital internal dari universitas pada akhirnya akan menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.
“Terlebih saat pandemi COVID-19 ini, keharusan tidak bertemu fisik dan menjaga jarak, membuat para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan seolah dipaksa memastikan layanan akademik dan nonakademik terus berjalan dengan memanfaatkan teknologi,” urainya.
Inovasi layanan akademik menjadi sangat penting untuk menjawab hambatan yang terjadi di masa pandemi. Civitas akademika harus bersahabat dengan dunia digital.
Digital friendly university memerlukan kerja sama yang kuat di antara civitas akademika dalam memberikan layanan akademik dan nonakademik secara digital.
Kecepatan dan kemudahan layanan digital akan dirasakan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran serta kemudahan pimpinan universitas mengambil keputusan.
“Tantangan mewujudkan layanan digital yang paling sulit ialah memastikan standar prosedur dijalankan secara pasti dan transparan,” tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Transformasi digital adalah proses perubahan keseluruhan budaya dan lingkungan pekerjaan dari lingkungan nondigital menjadi lingkungan digital, juga terjadi pada dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi," kata Dekan Fisip Universitas Sumatera Utara (USU) Dr. Muryanto Amin di Medan, Jumat (2/10).
Namun lanjut Muryanto, mengubah skema suatu universitas menjadi digital friendly university bukan pekerjaan yang mudah.
Sebab universitas yang memutuskan melakukan transformasi digital harus melibatkan tiga aspek yang saling mendukung, yaitu pengguna, sistem, dan lingkungan.
Baca juga: Rektor USU: Ujian seleksi Mandiri-Diploma telah digelar bersamaan
Komitmen pimpinan universitas (rektorat, senat akademik, dan majelis wali amanat) agar memerankan digital leadership, yaitu menjalankan strategi digital dengan memanfaatkan teknologi guna mencapai tujuan utama.
Teknologi dan alat yang digunakan harus memenuhi prinsip easy, simple, friendly, reliable, tepat sasaran, ramah lingkungan (green), smart, dan agile.
Baca juga: Gedung Fakultas Kehutanan USU di Deli Serdang diresmikan
Selanjutnya, dosen dan tenaga kependidikan harus bersahabat dengan teknologi agar menjadi agen digital transformation atau agen perubahan untuk mulai merealisasikan sebuah ide menjadi inovasi yang nyata.
“Sebagian besar universitas masih memanfaatkan media daring yang sudah tersedia untuk memperlancar proses pekerjaan dan perkuliahan karena dianggap lebih efisien,”ujarnya.
Tetapi sebut Muryanto, percepatan kemajuan teknologi menuntut perubahan dalam dunia pendidikan, sistem digital internal dari universitas pada akhirnya akan menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.
“Terlebih saat pandemi COVID-19 ini, keharusan tidak bertemu fisik dan menjaga jarak, membuat para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan seolah dipaksa memastikan layanan akademik dan nonakademik terus berjalan dengan memanfaatkan teknologi,” urainya.
Inovasi layanan akademik menjadi sangat penting untuk menjawab hambatan yang terjadi di masa pandemi. Civitas akademika harus bersahabat dengan dunia digital.
Digital friendly university memerlukan kerja sama yang kuat di antara civitas akademika dalam memberikan layanan akademik dan nonakademik secara digital.
Kecepatan dan kemudahan layanan digital akan dirasakan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran serta kemudahan pimpinan universitas mengambil keputusan.
“Tantangan mewujudkan layanan digital yang paling sulit ialah memastikan standar prosedur dijalankan secara pasti dan transparan,” tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020