BMKG Deli Serdang bersama BBMKG Wilayah I Medan kembali melakukan pengukuran struktur tanah (mikrozonasi) di Medan dalam upaya untuk memetakan kerentanan tanah di daerah itu terutama di Belawan.

"Pengukuran struktur tanah kali ini menggunakan metode SPAC, setelah bulan lalu menyelesaikan pengukuran dengan metode MASW," kata Kepala Stasiun Geofisika Deli Serdang, Teguh Rahayu di Belawan, Selasa (29/9)..

Ia mengatakan pengukuran dengan metode Spatial Autocorrelation (SPAC) berbeda dengan metode yang sebelumnya.

Baca juga: Stasiun Geofisika mencatat 22.507 petir dalam sepekan terakhir di Sumut

Metode Multichannel Analysis of Surface Wave (MASW) yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis tanah bawah permukaan, sedangkan SPAC berfungsi untuk mengetahui kedalaman batuan dasar.

"Mikrozonasi ini penting untuk melihat potensi dampak gempabumi di Kota Medan, juga sebagai dasar untuk analisis risiko spesifik lokasi yang dapat membantu dalam mitigasi kerusakan gempa bumi," katanya.

Menurut Teguh Rahayu yang juga sebagai ketua tim, kegiatan mikrozonasi ini sudah dimulai sejak awal Februari 2020 di beberapa titik di Kota Medan dan Belawan, namun terkendala dengan pandemik COVID-19 sehingga tertunda sementara.

Pengukuran mikrozonasi dengan metode SPAC dilakukan selama dua pekan di Kota Medan dan Belawan yang dimulai dari 21 September hingga 03 Oktober 2020.

Direncanakan, pengukuran akan dilanjutkan setelahnya dengan metode ke-tiga, yaitu TDOM (Dominant Period).

"Pengukuran kerentanan tanah Kota Medan dan Belawan baru pertama dilakukan dan diharapkan akan memberikan dampak positif dalam perencanaan Tata Ruang dan wilayah Kota Medan dan Belawan kedepan," katanya.

Pewarta: Juraidi

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020