Peristiwa unjuk rasa blokade jalan lintas sumatera berujung pada pengerusakan dan pembakaran mobil di Desa Mompang Julu Kecamatan Panyabungan Utara Mandailing Natal (Madina) terjadi pada Senin sore (29/6) sekitar pukul 17.15 WIB.

Peristiwa tersebut berawal dari lemparan batu yang dilakukan sekelompok orang ke arah polisi hingga menyebabkan 6 orang mengalami luka-luka.

Kapolres Madina AKBP Horas Tua Silalahi SIK kepada ANTARA, Selasa (30/06) menjelaskan, sejak dimulainya aksi unjuk rasa warga pada pukul 10.00 Wib pihaknya telah melakukan tugas dengan persuasif.

Baca juga: Kerusuhan Mompang, Kapolres Madina : Ini cambuk bagi stakeholder agar lebih baik ke depan

Baca juga: Polisi Madina pastikan tindak tegas pelaku perusakan di Mompang Julu

Apalagi saat aksi blokade jalan tersebut banyak melibatkan anak-anak, mahasiswa, kaum ibu yang menggendong bayi, dan para orangtua.

Dan kondisi itu tidak memungkinkan bagi kepolisian untuk melakukan tindakan keras kepada pengunjuk rasa.

Horas Tua mengungkapkan, ia beserta Wakapolres dan pejabat Polres Madina terus berupaya melakukan kordinasi dengan tokoh masyarakat juga kordinator aksi agar mau membuka blokade jalan.

"Sejak awal kami sudah memberikan pemahaman kepada pengunjukrasa agar tidak melakukan aksi blokade jalan, karena merugikan banyak pihak. Kalaupun mau demo silahkan tapi jangan sampai memblokir jalan. Itu kami sampaikan kepada mereka. Kebetulan massa banyak dari kalangan anak-anak, kaum ibu dan orangtua yang tidak memungkinkan bagi kami untuk melakukan tindakan membubarkan aksi blokade jalan," ujar Kapolres.

Para warga tidak mau membuka blokade jalan sebelum tuntutan mereka yakni Kepala Desa, Hendri Hasibuan diberhentikan.

Pemkab Madina melalui Sekda dan lainnya sudah meminta waktu selama lima hari untuk memproses tuntutan warga, tetapi massa tetap tidak menanggapinya dan mediasi menemui jalan buntu hingga sore.

Selanjutnya, AKBP Horas terus melakukan usaha dan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mau membubarkan diri dan membuka blokade jalan karena sudah sore.

"Disaat kami berusaha memberikan pemahaman kepada massa sekitar pukul 17.10 Wib, tiba-tiba ada pelemparan batu dari sekelompok orang yang membuat massa kucar-kacir dan anggota kami juga kondisi saat itu tidak dalam posisi siap," sebutnya.

Melihat adanya lemparan batu polisi segera membentuk formasi mengendalikan massa dalam rangka melindungi masyarakat, termasuk anggota polisi yang diserang.

Akhirnya Wakapolres terjebak dan mobilnya tertinggal dan akhirnya mobil Wakapolres bersama sebuah mobil lainnya dibakar oleh massa. 

Pewarta: Holik

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020