Tujuh wirausahawan Kota Medan ini membuktikan diri mereka mampu dan berani maju meraih sukses namun juga dapat berkontribusi bagi orang-orang di sekitarnya.

Keberhasilan mereka tentu dapat menjadi contoh bagi warga lainnya. Wirausahawan di Medan yang mampu mandiri dan membawa dampak positif bagi lingkungan antara lain Sandri Tamayo, mitra pengemudi GrabBike.

Pria yang masih terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sistem Informasi ini bersyukur pekerjaannya dapat membiayai kebutuhan pendidikannya. Tak hanya itu, Sandri juga terlibat sebagai pengurus Pasukan Solidaritas Grab SMAN 13.

Baca juga: Grab sediakan "tombol darurat" untuk keamanan penumpang

"Kami rutin melakukan aksi sosial seperti kunjungan ke berbagai panti asuhan untuk menyalurkan berbagai bantuan yang telah kami kumpulkan. Prinsip hidup saya adalah kita harus bisa juga bermanfaat bagi orang lain," katanya, Jumat (28/2).

Wirausahawan lainnya adalah Wita Widya, perempuan yang sudah 4 tahun menjadi mitra GrabCar. Ia percaya bahwa perempuan harus bisa mandiri dan tak boleh takut. Karenanya, pada saat Grab mengadakan pelatihan bela diri bagi mitra pengemudi perempuan, dia terpanggil untuk menjadi salah satu penggerak bagi komunitas GrabCar Medan.

Dari sinilah Wita kerap mengadakan sesi bela diri rutin untuk berbagi ilmu yang sudah didapatkan. Ia ingin perempuan lain memiliki rasa percaya diri saat bekerja, sehingga tak ada penghalang hanya karena merasa takut.

Pemilik bisnis Keju Kesu, Adhitiya Wicaksana bangga bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Saat ini, ia sudah memiliki banyak karyawan.

Baca juga: GrabFood luncurkan gerakan Jangan Lupa Makan di Medan

Sementara pemilik usaha kuliner Zeribowl, Anita Tanotho mengatakan teknologi membantunya untuk bisa mengembangkan bisnis dan membuka kesempatan bagi lebih banyak orang. Dalam 2 tahun, ia memiliki 8 gerai di Medan dan 1 di Batam.

Keju Kesu melihat pertumbuhan penjualan sebesar 30%, sementara Zeribowl mengalami peningkatan penjualan sebesar 40% setelah memanfaatkan teknologi GrabFood.

Pemilik 14 gerai Ayam Penyet Jakarta di Medan, Hengki Irawan Gultom yang gemar berpetualangan juga mengaku teknologi mengubah hidupnya. Awalnya tidak paham tetapi saat ini, ia mengajarkan skill teknologi dasar bagi puluhan karyawan seperti memakai komputer, termasuk cara mengakses aplikasi GrabFood.

Hengki yang juga selalu mengambil pasokan ayam dari distributor lokal juga merasakan pertumbuhan penjualan sebesar 50% yang kini didominasi lewat layanan pesan-antar GrabFood.

Pemilik toko kelontong di daerah Medan Amplas, Edi Jonas Silaen yang melayani mulai pukul 6 pagi hingga 10 malam, merasa senang dapat melayani warga sekitar setiap hari. Di awal tahun 2019, ia merintis usaha warung sendiri dan dalam waktu 1 tahun usahanya melejit dan ia memutuskan untuk mempekerjakan empat orang warga sekitar.

Berawal dari kegemarannya untuk memasak, Renova Lie Janny kini menekuni usaha katering rice bowl JJ Salmon dan melayani banyak karyawan kantoran untuk makan siang.

Berbekal teknologi GrabExpress, Renova mampu menjangkau lebih banyak pelanggan di banyak lokasi dan memajukan usaha kateringnya.

Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi mengatakan, satu teknologi, jutaan kisah, dan jutaan kemajuan. Menjangkau lebih dari 500 kota di Indonesia, Grab senang dapat menjadi bagian dari perjalanan jutaan mitra pengemudi, mitra merchant dan mitra kios, terutama di Sumatera Utara.

"Di tahun 2018, Grab berkontribusi sebesar Rp2,66 triliun pada perekonomian kota Medan melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan mitra. Ini membuat komitmen kami lebih kukuh untuk memberikan teknologi yang menyentuh jutaan kehidupan untuk menciptakan lebih banyak jutaan kemajuan karena semua bisa maju," pungkasnya. 

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020