Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai salah satu lembaga sosial di Indonesia akan mengirim 100 guru untuk Uighur pada 2020 dan juga berkomitmen akan menyalurkan bantuan paket pangan dan beasiswa.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima di Makassar, Rabu, Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin dalam silaturahim kemanusiaan bersama dua tokoh Uighur menyampaikan ACT mengikhtiarkan bantuan terbaru untuk 1.000 yatim Uighur pada 2020 mendatang.
“Salah satu cara menyelamatkan generasi Uighur adalah melalui pendidikan. ACT akan mendukung 100 guru. Insyaallah ACT juga akan memberikan pangan,” kata Ahyudin.
Dukungan untuk Uighur yang akan ditambah pada 2020 merupakan wujud nyata buah silaturahim kemanusiaan antara ACT dengan Majelis Nasional Uighur.
Bantuan akan diikhtiarkan dalam bentuk bantuan hidup dan rumah yatim untuk anak-anak Yatim Uighur di Turki serta bantuan hidup untuk guru-guru Uighur.
Ahyudin menerangkan, diplomasi kemanusiaan menjadi ikhtiar yang dapat dilakukan ACT sebagai lembaga kemanusiaan.
“ACT sebagai lembaga kemanusiaan, memberikan dukungan berupa bantuan kemanusiaan. Mudah-mudahan bantuan ini bisa menjadi penyemangat hidup untuk saudara-saudara kami Uighur, serta membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan,” kata Ahyudin.
Sejauh ini, ACT telah memberikan dukungan kepada diaspora dan yatim Uighur. Mulai dari kurban, beasiswa, biaya bantuan hidup, beaguru, dan pangan. Pada 2019, ada 30 aksi penyaluran bantuan untuk Uighur oleh ACT.
Ketua Majelis Nasional Uighur, Seyit Tumturk menyambut baik inisiasi bantuan ini. Tumturk menyatakan sangat takjub atas aksi jutaan warga Indonesia yang membela warga Uighur di depan Kedutaan Besar Cina di Jakarta tahun lalu.
Lebih lanjut ia berharap, bangsa Indonesia membersamai perjuangan Uighur, bahkan generasi penerus Uighur. “Untuk anak-anak (Uighur) tentunya banyak tekanan, sehingga mereka hidup tidak dalam keadaan yang sangat baik,” ucap Tumturk.
Menurut Tumturk, 35 juta diaspora Uighur terdapat di daerah Kazakhistan, Uzbekhistan, dan sekitarnya. “Namun mereka banyak mengalami permasalahan, yakni dibatasinya hak-hak mereka,” ujar Tumturk.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima di Makassar, Rabu, Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin dalam silaturahim kemanusiaan bersama dua tokoh Uighur menyampaikan ACT mengikhtiarkan bantuan terbaru untuk 1.000 yatim Uighur pada 2020 mendatang.
“Salah satu cara menyelamatkan generasi Uighur adalah melalui pendidikan. ACT akan mendukung 100 guru. Insyaallah ACT juga akan memberikan pangan,” kata Ahyudin.
Dukungan untuk Uighur yang akan ditambah pada 2020 merupakan wujud nyata buah silaturahim kemanusiaan antara ACT dengan Majelis Nasional Uighur.
Bantuan akan diikhtiarkan dalam bentuk bantuan hidup dan rumah yatim untuk anak-anak Yatim Uighur di Turki serta bantuan hidup untuk guru-guru Uighur.
Ahyudin menerangkan, diplomasi kemanusiaan menjadi ikhtiar yang dapat dilakukan ACT sebagai lembaga kemanusiaan.
“ACT sebagai lembaga kemanusiaan, memberikan dukungan berupa bantuan kemanusiaan. Mudah-mudahan bantuan ini bisa menjadi penyemangat hidup untuk saudara-saudara kami Uighur, serta membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan,” kata Ahyudin.
Sejauh ini, ACT telah memberikan dukungan kepada diaspora dan yatim Uighur. Mulai dari kurban, beasiswa, biaya bantuan hidup, beaguru, dan pangan. Pada 2019, ada 30 aksi penyaluran bantuan untuk Uighur oleh ACT.
Ketua Majelis Nasional Uighur, Seyit Tumturk menyambut baik inisiasi bantuan ini. Tumturk menyatakan sangat takjub atas aksi jutaan warga Indonesia yang membela warga Uighur di depan Kedutaan Besar Cina di Jakarta tahun lalu.
Lebih lanjut ia berharap, bangsa Indonesia membersamai perjuangan Uighur, bahkan generasi penerus Uighur. “Untuk anak-anak (Uighur) tentunya banyak tekanan, sehingga mereka hidup tidak dalam keadaan yang sangat baik,” ucap Tumturk.
Menurut Tumturk, 35 juta diaspora Uighur terdapat di daerah Kazakhistan, Uzbekhistan, dan sekitarnya. “Namun mereka banyak mengalami permasalahan, yakni dibatasinya hak-hak mereka,” ujar Tumturk.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019