Kantor Berita “Antara” yang kita kenal sekarang, lahir dari tokoh-tokoh pergerakan asal Mandailing. 

Pertama, saya memperkenalkan Yahya Malik Nasution. Lahir di Kotanopan tanggal 03 September 1898. Tahun 1918, Komisaris Sarikat Islam di Sibolga. Tahun 1920, Direktur surat kabar periodik (3 kali seminggu) Hindia Sepakat di Sibolga. Tahun 1927.

Pendiri dan Pengurus Partai Nasional Indonesia (PNI) di Pekalongan. Tanggal 29 Desember 1929 ditangkap bersama dengan pemimpin-pemimpin PNI seluruh Indonesia (Bung Karno cs) dihukum di Suka Miskin. Keluar dari penjara, tahun 1931 menjadi anggota Penasihat Pengurus Besar Partai Indonesia (Partindo) di Jakarta. Tahun 1933, Pimpinan Redaksi Persatuan Indonesia (Surat Kabar Partindo di Jakarta). 

PARI (Partai Republik Indonesia) didirikan oleh Tan Malaka pada tanggal 3 Mei 1927 di Bangkok bersama Subakat dan Djamaluddin Tamin dan lain-lain. 

Tahun 1934, Yahya Malik Nasution menjadi Ketua Pimpinan Front PARI di dalam negeri. Saat itu, Ketua Umum PARI, Tan Malaka sedang sakit. Yahya Malik Nasution menjadi propagandis penting bagi tokoh legendaris Tan Malaka. 

Adam Malik, awal tahun 30-an masih di Pematang Siantar sebagai Ketua Partindo. Setelah dipenjara di Padangsidimpuan dan Partai Partindo dinyatakan sebagai partai terlarang oleh Kolonial Belanda, Adam Malik menyusul Yahya Malik Nasution ke Jakarta, sebagai satu-satunya orang yang ia kenal di Jakarta. Yahya Malik Nasution juga yang menarik Adam Malik dalam pergerakan kemerdekaan dengan masuk PARI. 

Pada awal tahun 1930-an ada lima kelompok perjuangan penting di Jakarta. Selain kelompok Soekarno, ada juga kelompok Sukarni, Amir Sjarifudin, kelompok mahasiswa, dan kelompok Maroeto. Kelompok Maroeto bergabung Yahya Malik Nasution, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Johan Syahruzah, Kusnaeni Padmadikusuma, dan Maroeto Nitimihardjo. 

Setelah berbagai pemberontakan rakyat awal tahun 30-an, pemerintah kolonial melakukan penangkapan tokoh-tokoh pergerakan. Termasuk penangkapan tokoh-tokoh PARI. Termasuk penangkapan Tan Malaka dan Djaus Lubis di Hongkong, penangkapan Djamaluddin Tamin di Singapura dan Arief Siregar di Sungai Gerong Palembang. 

Tanggal 10 Maret 1936,  Yahya Malik Nasution juga di tangkap. Bersama Djamaluddin Tamin dan Arief Siregar, Yahya juga dibuang ke Digul bersama tokoh-tokoh Perintis Kemerdekaan lain dari Mandailing. (Nama-nama mereka ada di Tugu Perintis Kemerdekaan Kotanopan)

Yahya Malik Nasution ketika itu seorang pengusaha sukses. Ia memiliki beberapa truk yang bergerak di bidang ekspedisi. Menurut kesaksian Maroeto, sebelum dibuang ke Digul, Yahya Malik Nasution menguasakan seluruh hartanya kepada Adam Malik untuk membentuk suatu kantor berita. Kantor itulah yang menjadi cikal-bakal “Antara” yang tetap eksis sampai sekarang.

Selamat ulang tahun Kantor Berita ANTARA.

***Askolani Nasution adalah Budayawan Mandailing Natal.

Pewarta: Askolani Nasution

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019