Komando Distrik Militer (Kodim) 0213/Nias menggelar sosialisasi mencegah dan menangkal radikalisme di Kepulauan Nias, Sumatera Utara yang diikuti perwakilan sejumlah organisasi masyarakat, organisasi kepemudaan, kepala desa dan mahasiswa.
Perwira Penghubung (Pabung) Kodim 0213/Nias Mayor Fatianus Zega dalam paparannya di Nias Jumat mengatakan Indonesia pada zaman kemajuan global ini cukup bervariasi.
Di berbagai pihak dan wilayah saat ini banyak bermunculan argumen dan tanggapan berbeda, sama seperti di wilayah Kepulauan Nias yang memiliki perbedaan yang dilihat dari berbagai suku, ras dan golongan.
"Saat ini banyak elemen yang mengganggu, sehingga kami mengundang semua pihak untuk berinteraksi," ungkapnya.
Tujuannya adalah untuk mencari cara agar dapat memanfaatkan potensi yang ada dalam menjaga tradisi tradisi di kepulauan nias.
"Keberadaan semua pihak yang hadir pada sosialisasi kita harapkan menjadi ajang saling membagi pengalaman yang selama ini kita lakukan dalam menjaga faham di indonesia," ujarnya.
Selain itu, saling menyatukan pemahaman bagaimana menjaga pancasila agar tidak diobrak abrik oleh faham rasikalisme.
Dari Pabung Kodim 0213/Nias diketahui jika radikal dalam bahasa indonesia artinya adalah amat keras menuntut perubahan.
Sedangkan radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara drastis dan dengan cara kekerasan.
Ciri ciri radikalisme menurut dia adalah intoleran, memelintir, menghasut, memutar balikkan fakta agar bisa terjadi perpecahan dan munculnya terorisme.
Sementara Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Nias Darwis Zendrato mengatakan jika Pemerintah Kabupaten Nias menyambut baik pelaksanaan sosialisasi tersebut.
"Sosialisasi mencegah dan menangkal radikalisme ini juga adalah tugas Kesbangpol, dan kita akui kemajuan bangsa ini pada pelaksanaannya ada
yang memiliki nilai positif dan ada yang negatif," ucapnya.
Menurut dia, nilai positif kemajuan bangsa saat ini tentu sudah dirasakan bersama, tetapi nilai negatif yang terjadi adalah berkurangnya rasa berbangsa dan bernegara.
"Berkurangnya rasa berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia saat ini adalah saling menghujat di media sosial," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Perwira Penghubung (Pabung) Kodim 0213/Nias Mayor Fatianus Zega dalam paparannya di Nias Jumat mengatakan Indonesia pada zaman kemajuan global ini cukup bervariasi.
Di berbagai pihak dan wilayah saat ini banyak bermunculan argumen dan tanggapan berbeda, sama seperti di wilayah Kepulauan Nias yang memiliki perbedaan yang dilihat dari berbagai suku, ras dan golongan.
"Saat ini banyak elemen yang mengganggu, sehingga kami mengundang semua pihak untuk berinteraksi," ungkapnya.
Tujuannya adalah untuk mencari cara agar dapat memanfaatkan potensi yang ada dalam menjaga tradisi tradisi di kepulauan nias.
"Keberadaan semua pihak yang hadir pada sosialisasi kita harapkan menjadi ajang saling membagi pengalaman yang selama ini kita lakukan dalam menjaga faham di indonesia," ujarnya.
Selain itu, saling menyatukan pemahaman bagaimana menjaga pancasila agar tidak diobrak abrik oleh faham rasikalisme.
Dari Pabung Kodim 0213/Nias diketahui jika radikal dalam bahasa indonesia artinya adalah amat keras menuntut perubahan.
Sedangkan radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara drastis dan dengan cara kekerasan.
Ciri ciri radikalisme menurut dia adalah intoleran, memelintir, menghasut, memutar balikkan fakta agar bisa terjadi perpecahan dan munculnya terorisme.
Sementara Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Nias Darwis Zendrato mengatakan jika Pemerintah Kabupaten Nias menyambut baik pelaksanaan sosialisasi tersebut.
"Sosialisasi mencegah dan menangkal radikalisme ini juga adalah tugas Kesbangpol, dan kita akui kemajuan bangsa ini pada pelaksanaannya ada
yang memiliki nilai positif dan ada yang negatif," ucapnya.
Menurut dia, nilai positif kemajuan bangsa saat ini tentu sudah dirasakan bersama, tetapi nilai negatif yang terjadi adalah berkurangnya rasa berbangsa dan bernegara.
"Berkurangnya rasa berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia saat ini adalah saling menghujat di media sosial," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019