Asisten Operasioanal Kapolri Inspektur Jenderal Martuani Sormin menyerukan panggilan untuk bangun dari tidur panjang atau "wake up call" atas sejumlah permasalahan pelayanan dan persoalan klasik yang dihadapi HKBP demi mengedepankan keilahian pelayanan gereja di tengah tantangan zaman yang kian maju.

"Ini adalah 'wake up call' untuk kita, apakah kita akan mengatakan 'HKBP nabolon' itu menjadikan kita terbuai. Saya adalah sumber daya manusia HKBP, bersyukurlah Nomensen datang dari Jerman, jika tidak, kita lebih parah dari kondisi yang dihadapi Papua," ujar Martuani, sesaat menyampaikan sambutannya di tengah agenda rapat pendeta HKBP 2019, yang digelar di Auditorium Seminarium Sipoholon, Selasa (22/10).

Menurutnya, tuntutan zaman saat ini tidak lagi hanya menuntut para pendeta dalam menyampaikan firman, namun lebih dari itu.

"Bapak-bapak pendeta, saat ini tidak hanya dituntut untuk bicara firman Tuhan, namun dituntut menjadi warga negara yang baik," sebutnya.

Kata dia, setiap perihal perbuatan menyalah, baik dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh pendeta sekalipun harus mendapatkan sanksi demi perbaikan ke depan.

"Roma 13 ayat 2, barang siapa tidak tunduk akan mendapatkan sanksi. Jadi Bapak Ephorus, nanti, yang kosong-kosong Pak, dapat sekolah kerohanian di Jetun. Harus ada sanksi," terang Martuani, yang mengaku jemaat HKBP Palmerah Petamburan, Jakarta itu.

Mewujudkan sikap toleransi antar umat beragama terhadap warga sekitar yang harus ditunjukkan oleh pelayan firman, juga disoroti oleh putra Kecamatan Pangaribuan Taput itu.

"Dimanapun bapak berada, bapak harus menjadi garam dan terang. Warga HKBP harus peduli kepada masyarakat sekitar. Tidak hanya bicara firman. Firman itu tanpa perbuatan sia-sia," jelasnya.

Saat menyampaikan sambutannya, Irjen Martuani banyak mengutip nats alkitab yang diselaraskan dengan poin sambutan yang diungkapkan.

Pelaksanaan rapat pendeta HKBP 2019 yang digelar juga menjadi ajang reuni 2 orang mantan Ephorus HKBP dan Ephorus aktif saat ini.

Dua mantan Ephorus yang disebut emeritus, yakni Pdt SAE Nababan dan Pdt WTP Simarmata, serta Pdt Darwin Lumbantobing memanfaatkan kesempatan ini untuk untuk saling menyapa dalam kebersamaan.

Pdt SAE Nababan yang lebih senior pun didaulat membuka sambutan dengan menyampaikan pesan-pesan moral terutama menyangkut pelayananan HKBP.

Dirinya juga menyerukan agar pada perhelatan pemilihan pucuk pimpinan HKBP ke depan,yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, seluruh pendeta harus menghindarkan 'money politics'.

Sebelumnya, laporan Sekjen HKBP Pdt David Farel Sibuea, selaku Ketua Umum Panitia rapat pendeta telah mengemukakan bahwa dari 1.876 pendeta yang diundang menjadi peserta rapat, ternyata dihadiri 1.620 pendeta.

Agenda rapat tercatat dihadiri anggota DPD Pdt WTP Simarmata, mewakili Kementerian Agama Jannus Pangaribuan, Ketua Umum PGI Pdt Henriette Hutabarat Lebang dan Sekjen PGI Pdt Gomar Gultom, Asops Kapolri Irjen Martuani Sormin, anggota DPRDSU Jonius Taripar Hutabarat, sejumlah kepala daerah di lingkungan Tapanuli, Kapolres Taput AKBP Horas Silaen, dan Dandim 0210 Letkol Czi Roni Agus Widodo.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019