Youtuber yang lebih dahulu dikenal lewat akun Twitter @Poconggg, Arief Muhammad tidak keberatan mengenai rencana Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi konten-konten yang dinilai negatif di Youtube.
"Karena gue sendiri kadang nonton Youtube suka shock ya, kadang-kadang ada konten yang kelewatan gitu. Jadi memang tetap perlu ada yang mengawasi," ujar Arief, di Jakarta, Selasa.
Rencana pengawasan konten oleh KPI menuai pro dan kontra. Mereka yang tidak setuju, menurut Arief, merasa wadah berekspresi mereka dibatasi.
Namun, menurut Arief, pengawasan perlu dilakukan, sebab para pembuat konten terkadang kebablasan dan beberapa tidak memiliki sensor diri sendiri yang cukup baik.
Misalnya, Arief mencontohkan, seorang pembuat konten memiliki penonton anak-anak, namun di video terekam gambar orang sedang merokok.
"Terserah dia mau bikin konten seperti itu disesuaikan penontonnya, mungkin ada warning di awal video, cuman konten-konten itu gue amat sangat setuju ada yang mengawasi untuk pasar yang tidak tepat," kata dia.
Lebih lanjut, menurut Arief, seorang pembuat konten harus dapat bertanggung jawab terhadap konten yang dibuat. Tidak asal membuat konten yang mampu mendulang banyak views.
"Menurut gue jadi terkenal itu sekarang gampang banget. Kita sudah tahu semua formulanya bikin sensasi, bikin keributan, bikin hal aneh-aneh, kemungkinan terkenalnya lebih gede banget," ujar Arief.
"Menurut gue yang harus ditanyakan itu bukan gimana caranya jadi terkenal. Tapi lu mau dikenal sebagai apa. Percuma lu dikenal tapi cuman jadi bahan cibiran orang jadi bahan olok-olokan," kata dia lagi.
Baca juga: Google akan perluas mode Incognito ke Maps dan Search
Baca juga: Berikut cara mengaktifkan "Dark Mode" YouTube
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Karena gue sendiri kadang nonton Youtube suka shock ya, kadang-kadang ada konten yang kelewatan gitu. Jadi memang tetap perlu ada yang mengawasi," ujar Arief, di Jakarta, Selasa.
Rencana pengawasan konten oleh KPI menuai pro dan kontra. Mereka yang tidak setuju, menurut Arief, merasa wadah berekspresi mereka dibatasi.
Namun, menurut Arief, pengawasan perlu dilakukan, sebab para pembuat konten terkadang kebablasan dan beberapa tidak memiliki sensor diri sendiri yang cukup baik.
Misalnya, Arief mencontohkan, seorang pembuat konten memiliki penonton anak-anak, namun di video terekam gambar orang sedang merokok.
"Terserah dia mau bikin konten seperti itu disesuaikan penontonnya, mungkin ada warning di awal video, cuman konten-konten itu gue amat sangat setuju ada yang mengawasi untuk pasar yang tidak tepat," kata dia.
Lebih lanjut, menurut Arief, seorang pembuat konten harus dapat bertanggung jawab terhadap konten yang dibuat. Tidak asal membuat konten yang mampu mendulang banyak views.
"Menurut gue jadi terkenal itu sekarang gampang banget. Kita sudah tahu semua formulanya bikin sensasi, bikin keributan, bikin hal aneh-aneh, kemungkinan terkenalnya lebih gede banget," ujar Arief.
"Menurut gue yang harus ditanyakan itu bukan gimana caranya jadi terkenal. Tapi lu mau dikenal sebagai apa. Percuma lu dikenal tapi cuman jadi bahan cibiran orang jadi bahan olok-olokan," kata dia lagi.
Baca juga: Google akan perluas mode Incognito ke Maps dan Search
Baca juga: Berikut cara mengaktifkan "Dark Mode" YouTube
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019