Ketua Umum Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat mengingatkan masyarakat agar memahami susu kental manis (SKM) sebagai produk gula tinggi.
Ia di Jakarta, Jumat, mengatakan kental manis kerap diiklankan sebagai produk susu bergizi sehingga kesadaran publik terhadap brand tersebut memiliki persepsi yang berbeda dengan kenyataan.
"Jadi wajar kalau ibu dalam ingatannya SKM adalah susu karena selama ini selalu menampilkan anak-anak dalam iklannya, padahal kandungannya adalah gula. Sekitar 50 persen bahkan lebih kandungan gulanya," tambah dia.
Salah satu dampak perilaku konsumen, lanjutnya masyarakat umum beranggapan kental manis juga dapat dikonsumsi sebagai susu oleh anak-anak. Padahal dengan mengonsumsi SKM membuat anak mendapatkan asupan gula yang berlebih dan tidak sehat.
Untuk itu, dia mengajak setiap pihak harus mengutamakan peningkatan pengetahuan masyarakat terutama kalangan ibu tentang gizi anak. Pengetahuan yang cukup tentang gizi baik bagi masyarakat yang mendapat terpaan iklan di media yang sering menutupi kenyataan yang ada.
"Sebagian besar informasi yang sampai kepada orang tua dari televisi. Kita tahu, isi tayangan televisi terutama iklan adalah jualan dan promosi produk," kata dia.
Sementara itu, Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah Chairunnisa menyebutkan edukasi sejak dini yang diperlukan untuk menghindari kekeliruan konsumen memanfaatkan suatu produk.
"Pembangunan nasional harus dimulai dari calon ibu yang akan melahirkan generasi masa mendatang. Calon ibu harus sehat dan punya pengetahuan tentang gizi keluarga, jangan sampai anemia," ujar dia.
Chairunnisa mengemukakan PP Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang besar turut berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Salah satunya adalah ikut serta dalam edukasi bijak mengkonsumsi SKM bersama YAICI. Edukasi akan dilaksanakan di sejumlah kota di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Ia di Jakarta, Jumat, mengatakan kental manis kerap diiklankan sebagai produk susu bergizi sehingga kesadaran publik terhadap brand tersebut memiliki persepsi yang berbeda dengan kenyataan.
"Jadi wajar kalau ibu dalam ingatannya SKM adalah susu karena selama ini selalu menampilkan anak-anak dalam iklannya, padahal kandungannya adalah gula. Sekitar 50 persen bahkan lebih kandungan gulanya," tambah dia.
Salah satu dampak perilaku konsumen, lanjutnya masyarakat umum beranggapan kental manis juga dapat dikonsumsi sebagai susu oleh anak-anak. Padahal dengan mengonsumsi SKM membuat anak mendapatkan asupan gula yang berlebih dan tidak sehat.
Untuk itu, dia mengajak setiap pihak harus mengutamakan peningkatan pengetahuan masyarakat terutama kalangan ibu tentang gizi anak. Pengetahuan yang cukup tentang gizi baik bagi masyarakat yang mendapat terpaan iklan di media yang sering menutupi kenyataan yang ada.
"Sebagian besar informasi yang sampai kepada orang tua dari televisi. Kita tahu, isi tayangan televisi terutama iklan adalah jualan dan promosi produk," kata dia.
Sementara itu, Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah Chairunnisa menyebutkan edukasi sejak dini yang diperlukan untuk menghindari kekeliruan konsumen memanfaatkan suatu produk.
"Pembangunan nasional harus dimulai dari calon ibu yang akan melahirkan generasi masa mendatang. Calon ibu harus sehat dan punya pengetahuan tentang gizi keluarga, jangan sampai anemia," ujar dia.
Chairunnisa mengemukakan PP Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang besar turut berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Salah satunya adalah ikut serta dalam edukasi bijak mengkonsumsi SKM bersama YAICI. Edukasi akan dilaksanakan di sejumlah kota di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019