Bank Indonesia Sumatera Utara mencatat nilai transaksi uang elektronik di wilayah itu meningkat drastis atau mencapai Rp346 miliar di akhir tahun 2018.
"Nilai transaksi uang elektronik di akhir tahun 2018 itu cukup besar dibanding tahun 2017 yang masih Rp8 miliar," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut Wiwiek Siswo Widayat di Medan, Rabu.
Menurut dia, tingginya peningkatan transaksi keuangan digital/elektronik itu juga didorong terus bertambahnya perusahaan layanan uang elektronik, seperti OVO, Gopay, Saku, Saku-ku, dan Dana.
Termasuk, katanya bertambahnya"merchant" yang menawarkan pembayaran melalui "server base" .
'Gaya hidup masyarakat, khususnya kalangan milenial ditambah bertambahnya terus jumlah perusahan layanan uang digital dan 'merchant' mendorong transaksi uang digital yang lebih besar," ujar Wiwiek Siswo Widayat.
Salah satu transaksi terbesar dalam penggunaan uang digital adalah pembayaran jasa jalan tol.
Pembayaran e-toll meningkat dari 78 persen di awal tahun 2018 menjadi 98,5 persen di Februari 2019.
"Yang menggembirakan juga adalah terjadi 'shifting' (peralihan) transaksi dari mayoritas transaksi top up menjadi transaksi pembayaran. Kondisi itu menunjukkan, penggunaan uang elektronik semakin meningkat," katanya.
BI, katanya, memprediksi, pada tahun 2019, transaksi uang elektronik di Sumut diperkirakan juga meningkat pesat.
Asumsi peningkatan merujuk pada jumlah agen keuangan digital (LKD) yang pada Februari 2019 sudah meningkat 73 persen, yakni dari 6.343 agen pada Februari 2018 menjadi 10.947 agen hingga tahun 2019.
Dia mengakui, penggunaan uang elektronik masih terpusat di Kota Medan dan sekitarnya.
Namun ke depannya diyakini transaksi uang digital itu akan terus berkembang hingga ke daerah lainnya di Sumut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019