Medan (Antaranews Sumut) - Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) menuding pihak perusahaan rokok Djarum diduga telah melakukan eksploitasi terhadap setidaknya 23.000 anak usia 6-15 tahun yang mengikuti audisi beasiswa Djarum. 
   
"Tanpa disadari, tubuh anak-anak tersebut telah dijadikan sebagai media promosi brand image Djarum," kata Koordinator Advokasi Pengendalian Tembakau Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) Elisabeth di Medan, Sabtu.

Ia mengatakan penggunaan kaus itu tanpa mereka sadari telah dimanfaatkan untuk mempromosikan produk rokok tersebut. 

Mereka berisiko menjadi perokok di kemudian hari dan ini sangat bertentangan dengan UU Perlindungan Anak yang harus di lindungi dari zat adiktif.

"Mereka dimanfaatkan sebagai media pemasaran sekaligus konsumen perokok pemula. Industri rokok menggunakan anak-anak sebagai iklan berjalan untuk mempromosikan produk tembakau," ungkapnya

YPI mendesak dan menuntut penyelenggara Audisi Beasiswa Djarum Bulutangkis, yaitu Djarum Foundation, untuk tidak melibatkan anak dalam seluruh kegiatannya dan menghentikan eksploitasi anak dalam segala bentuk, termasuk menjadikan anak media promosi.

Ditambahkannya, sebenarnya pemerintah telah membatasi iklan dan sponsorship produk rokok sebagaimana diatur dalam UU Kesehatan maupun PP No.109 Tahun 2012  terus mendapat perlawanan dari industri rokok, dengan berinovasi mencari strategi-strategi baru untuk mengiklankan produk mereka. 

"Salah satunya dengan kedok CSR memberikan beasiswa kepada pelajar/mahasiswa dan pembinaan olah raga melalui pencarian untuk pembinaan atlit berbakat," katanya.

Sayangnya, lanjut dia, masyarakat dan pemerintah masih banyak yang belum menyadari kalau strategi pemberian CSR tersebut justru sangat berbahaya.

Karena dapat merubah "image" produk rokok di kalangan generasi mileneal khususnya anak usia 6-15 tahun yang memang belum mampu mencerna dan menganalisis suatu peristiwa. 

Mereka akan beranggapan bahwa produsen rokok sebagai produsen yang sangat perduli dengan perhatian terhadap pendidikan dan prestasi anak muda, dan rokok bukanlah sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan mereka nantinya.

Data The Global Youth Tobacco Survey Indonesia (GYTS tahun 2014) mengungkap 46,3 menyebutkan iklan memberi pengaruh besar untuk mulai merokok, 41.5 persen remaja mengaku jika  kegiatan disponsori industri rokok memiliki pengaruh untuk mulai merokok.

Sebanyak 29 persen remaja perokok mengatakan baru menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok, dan 8 persen remaja perokok mengaku kembali merokok  karena mengikuti kegiatan yang disponsori rokok.

Pewarta: Rel

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019