Jakarta (Antaranews Sumut) - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengupayakan penurunan tarif penerbangan dapat terjadi pada pertengahan Februari 2019.
"Ya diusahakan minggu ini," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu. Ia akan bertemu dengan manajemen perusahaan penerbangan termasuk Garuda Indonesia untuk mencari jalan keluar supaya tarifnya lebih bisa diterima masyarakat.
Menhub menyebutkan kenaikan tarif penerbangan terjadi pada awal 2019 dibanding 2018 sebesar 10-20 persen. "Kalau dibahas naiknya itu 10-20 persen, kalaupun naik, ini menyangkut korporasi, kita gak boleh intervensi. Biar mereka yang kalkulasi," katanya. Mengenai harga avtur, Menhub mengatakan kontribusi BBM dalam tarif penerbangan sekitar 25-40 persen. Ia mengatakan terkait harga avtur dan angkasa pura, hal itu merupakan kewenangan kementerian BUMN.
"Nanti tanya Bu Rini. Kan Bu Rini yang handle. Kalau saya sebagai regulator tidak mengatur hal-hal itu," katanya. Sebelumnya Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengatakan sektor pariwisata Indonesia terganggu kinerjanya karena masalah melambungnya harga tiket pesawat.
Hal itu, kata dia dipicu karena dihapuskannya harga tiket kelas promo menjadi harga normal sehingga kenaikan rata-rata harga tiket mencapai 40 persen.
"Lalu ditambah dengan sejumlah maskapai yang mengenakan kebijakan bagasi berbayar. Ini menjadikan harga tiket maskapai asing justru lebih murah," katanya.
Baca juga: Maskapai diminta naikkan tarif secara wajar
Pada kesempatan itu Haryadi berharap peran pemerintah untuk mengatasi monopoli Pertamina dalam menjual avtur.
"Selain itu dengan bergabungnya Sriwijaya Air ke kelompok Garuda dan Citilink menjadikan di Indonesia hanya ada dua kelompok penerbangan yakni kelompok Garuda dan kelompok Lion Air sehingga mengarah pada terjadinya kartel," katanya.
Pihaknya berharap pemerintah dapat mengatasi persoalan-persoalan di dunia pariwisata sehingga pariwisata Indonesia akan bisa berdaya saing tinggi.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Ya diusahakan minggu ini," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu. Ia akan bertemu dengan manajemen perusahaan penerbangan termasuk Garuda Indonesia untuk mencari jalan keluar supaya tarifnya lebih bisa diterima masyarakat.
Menhub menyebutkan kenaikan tarif penerbangan terjadi pada awal 2019 dibanding 2018 sebesar 10-20 persen. "Kalau dibahas naiknya itu 10-20 persen, kalaupun naik, ini menyangkut korporasi, kita gak boleh intervensi. Biar mereka yang kalkulasi," katanya. Mengenai harga avtur, Menhub mengatakan kontribusi BBM dalam tarif penerbangan sekitar 25-40 persen. Ia mengatakan terkait harga avtur dan angkasa pura, hal itu merupakan kewenangan kementerian BUMN.
"Nanti tanya Bu Rini. Kan Bu Rini yang handle. Kalau saya sebagai regulator tidak mengatur hal-hal itu," katanya. Sebelumnya Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengatakan sektor pariwisata Indonesia terganggu kinerjanya karena masalah melambungnya harga tiket pesawat.
Hal itu, kata dia dipicu karena dihapuskannya harga tiket kelas promo menjadi harga normal sehingga kenaikan rata-rata harga tiket mencapai 40 persen.
"Lalu ditambah dengan sejumlah maskapai yang mengenakan kebijakan bagasi berbayar. Ini menjadikan harga tiket maskapai asing justru lebih murah," katanya.
Baca juga: Maskapai diminta naikkan tarif secara wajar
Pada kesempatan itu Haryadi berharap peran pemerintah untuk mengatasi monopoli Pertamina dalam menjual avtur.
"Selain itu dengan bergabungnya Sriwijaya Air ke kelompok Garuda dan Citilink menjadikan di Indonesia hanya ada dua kelompok penerbangan yakni kelompok Garuda dan kelompok Lion Air sehingga mengarah pada terjadinya kartel," katanya.
Pihaknya berharap pemerintah dapat mengatasi persoalan-persoalan di dunia pariwisata sehingga pariwisata Indonesia akan bisa berdaya saing tinggi.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019