Medan (Antaranews Sumut) - Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 di sekitar 4, 9 persen atau lebih rendah dari angka pertumbuhan 2018 yang sebesar 5,17 persen.
    
"Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 4, 9 persen itu mengacu pada beberapa faktor termasuk adanya risiko likuditas akibat kenaikan suku bunga yang terus berlanjut," ujarnya di Medan, Senin.
     
Dia mengatakan itu pada acara Diskusi Bersama CIMB Niaga membahas tantangan dan peluang perekonomiann Indonesia di 2019  termasuk sektor perbankan syariah di Medan.
     
Kenaikan suku bunga Federal Reserve disebut - sebut bisa terjadi dua sampai tiga kali.
    
Walau hingga memasuki bulan kedua 2019 belum ada tanda - tanda akan terjadi kenaikan suku bunga Fed yang menjadi salah satu fakfor hambatan perekonomian dari eksternal.
    
Selain  suku bunga acuan Amerika Serikat (AS),  katanya, ancaman eksternal pertumbuhan ekonomi Indonesia juga termasuk dari adanya perlambatan ekonomi dan kebijakan bank sentral  Republik Rakyat Tiongkok atau RRT.
   
Termasuk prospek normalisasi moneter di zona Eropa, gesekan geopolitik yang berimbas pada harga minyak serta prospek berlanjutnya perang dagnag antara AS dan RRT.
     
Adapun faktor domestik  yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya yang berpotensi menurunkan momentum pertumbuhan  antara lain tetap ketatnya postur kebijakan moneter dan relatif absennya dorongan kebijakan.
     
Kebijakan fiskal pemerintah atau postur APBN yang relatif netral terhadap  siklus bisnis, ujar Adrian menjadi salah satu faktor yang  turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
    
"Prediksi pertumbuhan ekonomi 4.9 persen itu bukan asumsi pesimistia,  tetapi realistis," katanya.
   
Apalagi, ujar Adrian, di 2019, Indonesia masih bisa optimistis karena beberapa hal seperti terjaganya inflasi dan berkurangnya tekanan impor dampak banyaknya proyek infrastruktur yang hampir rampung.
     
"Yang pasti tahun 2019 bisa dibilang tahun yang sulit untuk pesimistis dan optimistis karena selain banyak tantangan juga banyak.peluang," katanya.
     
Meskipun diakui Adrian, akibat masih bergejolaknya perekonomian di tahun 2019 dan termasuk ada Pemilu, pengusaha cenderung melakukan"wait and see" minimal hingga Juni 2019.
    
Adapun bisnis yang masih tetap dinilai menguntungkan, ujar Adrian khususnya di sektor makanan dan logistik.
   
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara didampingi Regional Head Sumatera CIMB Niaga, Maya Sartika menyebutkan, tahun 2019, bisnis syariah masih cukup bagus sehingga otomatis meningkatkan kinerja perbankan syariah.***1***

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019