Medan (Antaranews Sumut) - Nilai ekspor Sumatera Utara pada 2018 turun 4,77 persen dari 2017 atau menjadi 8,784 miliar dolar AS akibat krisis global yang belum pulih 100 persen.
"Kalau di 2017, nilai ekspor sudah 9, 225 miliar dolar AS, maka di 2018 tinggal 8,784 miliar dolar AS," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi di Medan, Selasa.
Menurut dia, penurunan nilai ekspor di 2018 dampak turunnya harga jual komoditas khususnya lemak, minyak hewan/nabati dan karet.
Padahal sebaliknya di 2018. volume ekspor justru menunjukkan peningkatan dibandingkan 2017.
Pada 2018, volume ekspor Sumut menjadi 9.645.281 ton dari 2018 yang sebesar 8.981.772 ton.
Dia menyebutkan, ekspor lemak, minyak hewan/nabati di 2018 turun 7,52 persen menjadi 3,417 miliar dolar AS dari 2017 yang 3, 695 miliar dolar AS.
Sementara karet, barang dari karet turun lebih besar yakni 20,29 persen menjadi 1,181 miliar dolar AS dari 2017yang 1.482 miliar dolar AS.
"Kontribusi golongan lemak, minyak hewan/nabati dan karet, barang dari karet ke ekspor Sumut memang besar sehingga saat ada gangguan di komoditas itu langsung berpengaruh pada nilai ekspor," ujar Syech Suhaimi.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, penurunan nilai ekspor Sumut di 2018 sudah diprediksi sejak awal.
Prediksi itu mengacu pada masih belum pulihnya 100 persen perekonomian global.
Akibat belum pulih, ujar dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) itu, harga jual dan termasuk permintaan ekspor menurun.
Apalagi khusus minyak sawit yang masih dilanda isu negafif.
Wahyu menegaskan, agar ke depannya nilai ekspor bisa terus naik, maka ekspor sebaiknya mengandalkan barang jadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019