Pematangsiantar (Antaranews Sumut) - Irama gamelan khas seni budaya Jawa mengalun menembus keramaian aktivitas warga di seputaran Lapangan Haji Adam Malik, Kota Pematangsiantar, Minggu (3/2) sore.

Tangan-tangan tua penabuh gendang, saron, demung, bonang dan gong bergerak lincah memukul alat musik tradisional yang mengeluarkan alunan irama bervariasi.

Mereka bukan lakon di tempat khusus, dan bukan pula memeriahkan satu hajatan sunatan, pesta perkawinan atau pagelaran seni budaya.

Group Kuda Lumping "Langgeng Budoyo" itu lagi mengamen, memainkan lakon di halaman taman kota yang ramai dikunjungi masyarakat pada akhir pekan.

Sejumlah remaja menari bareng replika kuda mengikuti irama yang kadang lamban, lembut, berubah cepat keras disertai lecutan cambuk.

Di sela-sela atraksi seni itu, gadis remaja ditemani temannya membawa kotak seadanya, menyodorkan ke penonton, berharap kedermawaan imbalan sukarela.

"Ngumpulin dana untuk tetap bertahan, biar group enggak bubar, ya ngelestarikan seni budaya khususnya kuda lumping," kata seorang pelakon, Nasir Wijaya (71).

Warga Kota Pematangsiantar yang akrab dengan panggilan Pak Kumis itu dan pelakon lainnya manggung atau ngamen di taman kota setiap akhir pekan dari sore sampai menjelang tengah malam.

Sepinya orderan untuk tampil di hajatan dan minimnya pagelaran seni budaya menjadi alasan punggawa Langgeng Budoyo untuk turun ke jalanan.

Dia berharap perhatian dari pemerintah dan elemen masyarakat untuk memberi perhatian terhadap pelaku seni supaya tetap eksis dan budaya pun terlestarikan.

"Kami belum pernah mendapatkan pembinaan dari Pemerintah atau pihak manapun," katanya.

Pewarta: Waristo

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019