Jakarta (Antaranews Sumut) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan berharap Indonesia bisa ekspor mobil listrik ke Australia hingga Afrika di masa mendatang.
"Karena kita punya FTA (perjanjian perdagangan bebas) dengan Australia, di mana Australia tidak memiliki pabrik mobil lagi sekarang, jadi kita akan ekspor ke sana," kata Luhut di Jakarta, Senin.
Menurut mantan Menko Polhukam itu, industri mobil listrik nasional diyakini akan terus berkembang. Ia memperkirakan industri mobil listrik akan terbangun dalam empat hingga lima tahun ke depan.
"Tapi untuk sepeda motor, kita berharap tahun depan sudah bisa kita mulai. Atau mungkin malah tahun ini dengan baterai lokal yang kita punya," katanya.
Selain dikembangkan di dalam negeri, Luhut mengatakan ekspor kendaraan listrik itu juga diharapkan bisa dilakukan ke negara ASEAN.
"Satu lagi mimpi kami, karena kita sekarang sedang perundingan FTA dengan pantai timur Afrika yaitu Mozambik dan Kenya, kita harap bisa ekspor mobil listrik sampai ke sana," katanya.
Luhut mengatakan optimisme akan berkembangnya kendaraan listrik juga didukung oleh berdirinya pabrik bahan baku baterai listrik di Morowali, Sulawesi Tengah.
PT QMB New Energy Materials merupakan wujud kerja sama antara perusahaan Tiongkok, Indonesia dan Jepang yang terdiri dari GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa.
Pabrik ini akan dikembangkan dengan lahan seluas 120 hektare. Total investasi yang ditanamkan sebesar 700 juta dolar AS dan akan menghasilkan devisa senilai 800 juta dolar AS per tahun. Dari pabrik ini juga bakal menciptakan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang.
PT QMB New Energy Materials memiliki kapasitas konstruksi nikel sebesar 50.000 ton dan kobalt 4000 ton, yang akan memproduksi di antaranya 50.000 ton produk intermedit nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt, dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Karena kita punya FTA (perjanjian perdagangan bebas) dengan Australia, di mana Australia tidak memiliki pabrik mobil lagi sekarang, jadi kita akan ekspor ke sana," kata Luhut di Jakarta, Senin.
Menurut mantan Menko Polhukam itu, industri mobil listrik nasional diyakini akan terus berkembang. Ia memperkirakan industri mobil listrik akan terbangun dalam empat hingga lima tahun ke depan.
"Tapi untuk sepeda motor, kita berharap tahun depan sudah bisa kita mulai. Atau mungkin malah tahun ini dengan baterai lokal yang kita punya," katanya.
Selain dikembangkan di dalam negeri, Luhut mengatakan ekspor kendaraan listrik itu juga diharapkan bisa dilakukan ke negara ASEAN.
"Satu lagi mimpi kami, karena kita sekarang sedang perundingan FTA dengan pantai timur Afrika yaitu Mozambik dan Kenya, kita harap bisa ekspor mobil listrik sampai ke sana," katanya.
Luhut mengatakan optimisme akan berkembangnya kendaraan listrik juga didukung oleh berdirinya pabrik bahan baku baterai listrik di Morowali, Sulawesi Tengah.
PT QMB New Energy Materials merupakan wujud kerja sama antara perusahaan Tiongkok, Indonesia dan Jepang yang terdiri dari GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa.
Pabrik ini akan dikembangkan dengan lahan seluas 120 hektare. Total investasi yang ditanamkan sebesar 700 juta dolar AS dan akan menghasilkan devisa senilai 800 juta dolar AS per tahun. Dari pabrik ini juga bakal menciptakan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang.
PT QMB New Energy Materials memiliki kapasitas konstruksi nikel sebesar 50.000 ton dan kobalt 4000 ton, yang akan memproduksi di antaranya 50.000 ton produk intermedit nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt, dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019